Tuesday, August 15, 2023

Daun Woka Pembungkus Dodol Gorontalo

Pengajian selasa ini, saya dapat oleh-oleh dari jamaah Pengajian ibu-ibu MT.AL Furqon Bogor.
Bentuknya unik, mengingatkan bungkus nasi kuning khas Manado.
Apakah itu?
Dodol Gorontalo,  atau duduli. katanya sih, duduli biasa disajikan saat lebaran.
.
Umumnya dodol dibungkus plastik, gelontoran panjang.
Namun dodol Gorontalo di bungkus berbeda.
Pilihan tepat, mempergunakan daun woka
Daun mirip janur daun kelapa tapi beda, testur daun yang mulus dan licin, dodol tidak lengket.
Yang membuat salut, dodol itu kalo baru masak dari wajan, adonan sangat berat, ini dibuat kecil-kecil, luar biasakan. 
Rasanya tak jauh berbeda dengan dodol umumnya, manis berbahan dasar dari tepung beras ketan, gula merah, santan kelapa, uniknya, dodol Gorontalo, ada kacang tanah bijian, nah ini letak sensasimya. 
Penasaran?
Belilah...
Mari kita lestarikan camilan khas Indonesia semi basah.

Salam manis dari yang sudah manis
-Een Endah-



Friday, June 23, 2023

Baju Lebaran

"Eennn...Idaaa."
Panggilan untuk ke dua kalinya, terpaksa main kempyeng berhenti.
Mama memasangkan baju jahitannya, manggut-manggut, melipat kain bagian bawah yang kepanjangan. Selesai, baru boleh main lagi, itupun nggak boleh jauh, menunggu panggilan selanjutnya.
.
Menjahit pakaian dengan otodidak salah satu keahlian Mama, nggak pakai pola pakaian, tinggal jiplak baju yang ada, potong kain, jahit dan mencoba berulang kali sampai jadi.
.
Saban tahun sewaktu kecil, Mama membuatkan baju lebaran untuk kami berdua, selalu seragam, malah dikira kembar kalau dilihat dari jauh. 
Kalo  sudah dekat, sungguh berbeda, kakak berkulit putih bermata sipit dan saya, hitam bermata besar. 
.
Ternyata, buah jatuh tak jauh dari pohonnya, sayapun suka menjahit baju lebaran sendiri. Baju 'seragam' dengan anak saya, walau saya memakai pola pakaian, tetap aja nggak afdol, kalo nggak dicoba berulang kali.
.
Baju lebaran memang tak perlu baru, namun saya suka membuatnya, karena di dalam ada segenap cinta untuk anak tercinta.
Semoga, jika kelak kau berkeluarga, Nak, akan mengenang saat indah, ribetnya Mama yang sebentar memanggil, cuman buat ngepasin jahitan baju.

#menuliskenangan

Saturday, April 8, 2023

Kue Basah Cente Manis

"Bu Een, mau pesan cente manis?"

...Cente manis?
Baru denger namanya, begimaneh bentuknya.
.
"Kue basah dibungkus daun pisang, terusss, ditekan kedua sisinya, jadi seperti punya body."
Aih...penasaran jadinya.
Daripada gentayang tak jelas(penasaran maksudnya), yasudah saya beli 5 cente manis buat buka puasa.
.
Sore menjelang buka, segera ke TKP. 
Kue langsung disajikan di piring, ealahhhh...ini rupanya cente manis.
Ternyata, saya sering makan waktu tinggal di Palmerah Jakarta. Uwa Onah suka bawain oleh-oleh dari Cempaka putih, cuman bukan dibungkus daun pisang, tetapi memakai plastik bening tipis, isiannya jadi terlihat...genit, cantik gitu.

Asal Usul si Cente Manis
Sekilas mirip si manis jembatan ancol ya, tapi ini kue basah, beda dong. Kue tradisional ini cukup terkenal sepulau Jawa, walau penampakan perbungkusannya yang beda. Ya ada pakai plastik, daun pisang, bahan tak pakai apa-apa.
Cente atau cantiK, karena bentuknya yang menarik, berwarna putih,  testurnya lembut berbahan tepung kacang hijau(hunkwe), dicampur dengan gula pasir dan santan kelapa, hingga terlihat manis.
Kue ini semakin cante manis, karena variasi isiannya, ada yang berbahan sagu mutiara, pacar cina atau irisan pisang.
Saya sukaaa kue ini, satu kurang, dua nambah lagi, tiga, empat...menikmati sepuasnya, karena lembut, kue ini membuat lupa segalanya.
.
Dilain kota, kue ini bernama Jentik Manis.
Apa nama dikotamu?
Sini...kita berbagi informasi.

Selamat berbuka puasa.
Ramadan hari ke 17
-Mama Een, yang sudah manis_



Sunday, January 29, 2023

Segala Perbuatanmu Akan Kembali Pada Dirimu Sendiri

Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” 
(Qs. al-Zalzalah: 7-8)

Jika seseorang memberikan kebaikan kepada orang lain, maka kebaikan itu akan kembali kepadanya. 
Siapa saja yang memberi, maka suatu saat juga akan mendapatkan. 
Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak pernah memberi sesuatu miliknya maka juga tidak akan mendapatkan dari orang lain. 
Kebaikan yang diterima seseorang pada hakekatnya adalah miliknya sendiri.

Kadang, kita melakukan sesuatu(kebaikkan) tanpa pernah kita sadari, spontan. Dan saat melakukan, tak pernah sedikitpun meminta balasan. Ternyata Allah yang membalasnya, ketika kita butuhkan.

Aku akan menulis kisah nyata, kejadian saat berhaji 1427 H, di tahun 2006- 2007M.
( baca: Berhaji)

Perjalanan berhaji itu tidak mudah karena kita diuji kesabarannya, salah satunya kesabaran antri.
Dimana-mana antri; antri makan minum, antri belanja, termasuk antri ke toilet (sekalipun sudah tersedia jumlah yang banyak, tetap saja antri, jumlah jamaah haji lebih dari jumlah toilet)

Saat aku menunggu sholat Ashar di Masjidil Haram, Mekah.
Aku hendak berwudhu dan buang air kecil di toilet bawah. Aku kira jam segini, pastilah sepi, aduheee... ternyata antri  panjang juga.
Dengan sabar, aku berdiri di deret antrian, dari urutan belakang, pelan-pelan sampai urutan terdepan.
Tibalah giliranku, seorang  jamaah  wanita dari India, datang berdiri di sampingku. Wajahnya tak karuan rupa, menahan sesuatu, berdiri gelisah, ia memberi isyarat  dan memelas padaku
Kasihan, dalam hatiku, aku memberi kode untuk masuk. Ia langsung menutup pintu: proottt... Suaranya menembus pintu, rupanya diare, prat pret prot.

Tak lama ia keluar, wajah sumrigah tersenyum bahagia padaku.
Aku yang menunggu sabar, mendadak kebelet sirna seketika, kebayangkan di dalam wc, pastilah bau, bekas buang hajad besar.
Kubatalkan saja.Tak jadi hajad, nanti kencingnya di toilet hotel lebih nyaman dan bersih.
Aku berdiri sembari menatap punggung wanita itu, ia menoleh sambil menundukkan kepala berulang kali (sedikit mengelengkan kepala khas India)

Dua hari kemudian, perjalanan Armina
.
Setelah melempar jumroh, 
Aku berlari kencang, meninggalkan Bapak dan kakakku. Mereka mengejarku, Bapak yang memakai baju ihram tertinggal di belakang.
Aku masuk mahtaf mana saja, asal ada toiletnya.
Rasanya isi perutku sudah di ujung pantat, muless.
Sampai di toilet, alahmak! antrian begitu panjang.
Entah kekuatan darimana aku melesat ke deretan depan, sembari diteriakin (orang Indonesia) antriiiii, aku tak perduli.
Ketika pintu wc terbuka, aku menyeruduk masuk, wanita di depan pintu, kaget, tubuh kecil hampir jatuh, tapi ia tetap memberi kode (masuk) tak pula marah.
Proottt... lega niat, sapa kuat menahan hajad, siksaaa.

Sebelum keluar WC, aku mengambil uang di kantong baju, selembar 100 Riyal (karena hanya itu yang ada, nggak ada uang pecahan)
Pintu  kubuka, baru aku sadar, yang kutubruk tadi, wanita India. Ia tersenyum padaku, aku segera mengengam tangannya sambil menyelip uang. Ia menolak, aku tetap memaksa.
Segera aku berlari meninggalkan wanita yang tampak bingung, rezeki dari mana dapat uang 100 Riyal. Aku tak perduli Rp250.000,- yang kuberi, ini tanda sukurku, bahwa wanita itu telah menolongku. Yang penting, plong.

"Napa, En?" Tanya bapak kuatir.
"Rek modol, teu kuat deui."
"Aya-aya wae."
Bapak mengelengkan kepala, dikira ada apa.
Kami bertiga berjalan beriringan menuju mahtaf.
Tiba-tiba aku teringat, kejadian di toilet Masjidil Haram.
Masya Allah.
Hari ini aku sadar dan bersyukur, bahwa Allah membalas kebaikkanku saat itu, pada waktu yang tepat, benar-benar ajaib. 
Aku menolong orang kebelet, ternyata aku ditolong orang, saat kebelet. Hal kecil, yang kadang tak pernah kita bayangkan...Kebaikan yang kita berikan walau sekecil biji zahrah, akan kembali menjadi milik kita sendiri. 
Masya Allah.
Kejadian Itu yang menjadi motivasi dalan hidupku, tetaplah berbuat baik.
Dan jangan pernah berharap akan balasan dari manusia, hanya kepada  Allah sajalah, yang akan membalas pada waktu dibutuhkan.

-Mama Een-