Kenapa film kartun selalu ditayangkan sore hari, kenapa nggak malam aja.
Kenapaaa...
Belum selesai bertanya pada diri sendiri, tiba-tiba Bapak menaruh sejadah menutupi layar televisi. Sebuah 'kode': Cepat pergi ke Langgar, sholat Magrib berjamaah.
Langsung kuambil mukena, lima belas langkah sudah sampai di langgar kecil.
Jamaah kebanyakan anak Panti asuhan milik Pak Agus. Orang sekitarnya jarang memakmurkan langgar.
Grusa-grusu, memakai mukenah yang bentuknya langsung dari atas ke bawah menyambung.
Bibirku naik ke atas menempel ke hidung, tercium bau masam dari mukenah sendiri. Aku memang malas mencucinya.
Di rumah, semua harus cuci baju sendiri, Mama sibuk usaha ayam petelur. Wajarlah, mukenaku banyak tai manan (istilah jamur) bintik-bintik hitam berbau apek...Ya Allah, ampuni Hambamu ini.
.
Sholat jamaah di langgar itu, menurutku, tergantung niat dan hati.
Hari biasa, males banget, kecuali kode tanpa suara dari Bapak, aku melesat ke Langgar.
Beda, kalau bulan Puasa (dulu jarang menyebut Ramadan) aku semakin getol ke langgar.
Berbekal selendang, taruh di kepala, sampirkan ke samping dan bersarung, aku antusias sholat Taraweh. Datang lebih cepat sebelum azan, bukan main semangatnya.
.
Sebenarnya sih, bukan sholat yang dikejar, tapi laki-laki berambut cepak, anak polisi di seberang jalan.
Dia anak SMP, badannya tinggi ceking, yang menarik itu; matanya, ada kerlip bintang dan senyumnya manis sekali.
Aah...bulan Puasa, Taraweh sangat menyenangkan, 30 hari tak terasa, kalo boleh tambah hari, aku siappp.
Sayangnya, laki-laki itu tak tau, aku suka padanya.
Sedih, cinta bertepuk sebelah tangan. Seharusnya, kalau suka, bilang terus terang. Jaman itu, perempuan hanya menunggu, tak berani bilang, menunggu dan berharap. Sampai aku pindah rumah, tak jelas perasaanku, dia pun sepertinya tak mengerti. Sungguh merana.
Kandas.
.
.
.
Aku menangissss.
Tahun 2020, pertama kali aku kembali melihat Langgar kayu, kini berubah menjadi bangunan hesar, Masjid Darul Qubsi.
Masya Allah, langgar penuh kenangan di masa kecil.
#LanggarKayu 1980
#MenulisKenangan
No comments:
Post a Comment