Pagi ini mendapat oleh-oleh khas Garut dari anak, kue tradisional, namanya Burayot.
Melihat bentuknya, kok ingat sesuatu ya.
Aah! Yang penting, makan, nikmati.
Begimanaa rasanya, Boo?
Enakkkk...manis,gurih, garing di luar lembut di dalam.
Nggak perlu ditanya ke penjual Burayot(kann jauhh), ini jelas, bahan utamanya dari tepung beras dicampur gula merah.
Dulu saya pernah ke Garut, melihat langsung cara pembuatan burayot.
Burayot berasal dari bahasa Sunda yang berarti kue yang bentuknya menggelantung .
Kok bisa mengantung begitu?
Ini terjadi karena cara mengangkat kue dari wajan sungguh unik.
Pada saat adonan kue selesai digoreng, kue tersebut diangkat dengan bambu kecil, sehingga kulit kuenya tertarik ke atas dan tepung gulanya menggantung di bagian bawah kue. Kata orang Sunda Ngaburayot.
Gimana rasanya?
Plek, sama, namanya dan bentuknya saja yang berbeda.
mirip kue Ali agrem(bahasa sunda) atau kue cincin.
Bukan di alam semesta saja diciptakan Allah berpasang-pasangam, ada siang ada malam, suka dan duka...kue juga berpasangan.
Kue Ali Agrem (perempuan)dan Kue burayot (laki-laki)
Lihat deh, bentuk kue Ali Angrem berlubang di tengah, sedang burayot, mengelantung mirip nganu...
Rasanya nggak tega kalo lihat bentuknya, tapiii karena enak, ya sudahh, lupakaaan bentuknya
Makan aja, enakk.
Bogor, 1 Maret 2022
Pagi nan syahdu.
No comments:
Post a Comment