Review

Monday, February 7, 2022

Ombus-Ombus Khas Tapanuli Utara

Sembari duduk di lantai beralas lampit, aku cuman bisa plonga plongo mendengarkan obrolan bahasa Karo, keluarga besar Karo di Warakas Tanjung Priuk
Maklumlah, aku menemani kakak tazkiah, Nenek Karo yang meninggal tadi malam.
Nenek Karo(Bibi Uda) terkenal sangat baik,  setiap keluarga yang datang dari kampung ke Jakarta, selalu ditampung di rumahnya. Mendengar beliau meninggal, otomatis seluruh keluarga berkumpul.

Satu persatu-satu keluarga berdatangan, ada yang dari keluarga Karo dan Batak.
Menjadi kebiasaan, mereka menungkapkan rasa sedih dengan menangis histeris dan berbicara terus dalam di bahasa daerah, sedihhh tiada tara...(bahkan ada yang mau pingsan).
Menangis sedih, mengeluarkan air mata itu diperbolehkan, karena airmata itu rahmat dari Allah, sedih ditinggalkan orang terkasih, asal tak menjerit-jerit.
Tapi, masa iya, aku cuman tamu, terus main larang.

Selesai berdoa, membaca surah Yasin...perutku terasa lapar, ngantuk, karena tadi berangkat naik busnya pagi sekali, ketika disodorkan kue, mataku langsung cling.
Kue berbungkus daun pisang berbentuk segitiga, kupikir  kue Koci dari Indramayu, karena sudah biasa makan setiap lebaran (kue wajib).
Kue koci, dari tepung ketan, isi kacang merah ditumbuk, dibungkus dan dikukus.
Ternyataaa, salah, bukan kue Koci.
"Ini ombus-ombus, nakku."
Baru ku dengar kue namanya unik sekali.
Belum juga dibuka daun pisangnya, kakakku langsung bicara, "Tungguuu, siapkan air  dulu, suka seret di tenggorokan."
Aneh...batinku, kudekatkanlah segelas air mineral dekatnya, nurut aja deh, daripada nanti malah susah nafas, bikin repot orang banyak.

Kuenya masih hangat (malah masih banyak panasnya), terpaksa ditiup dulu, baru dinikmati.
Enakk, enakk sekali.
Kue berwarna putih, ada rasa tepung beras dan parutan kelapa muda yang diulenin, ditengahnya, diberi irisan gula merah, yang meleleh.
Sekali lagi, enakkk.
Benar juga, harus ada air, karena agak seret, tetapi sekali lagi, enakk apa karena lapar ya?)

Kenapa namanya ombus-ombus?

Ealahhh, namanya di dari kebiasaan masyarakat Batak.
Ombus dalam Bahasa Indonesia artinya menghembus. 
Konon, nama kue ini diambil dari kebiasaan masyarakat Batak yang suka memakan kue ini saat masih hangat dan meniupnya hingga dapat dimakan.
"Kue ombus-ombus, dari Siborong-borong, Tapanuli Utara, Nakku," Mami menjelaskan dengan semangat, sambil meniup si kue yang siap dinikmati.

Aku selalu suka menikmati kuliner Nusantara, asal halal.
Seperti ombus-ombus ini.
Kukasih nilai: 9,9.
Kok nggak 10?
Karena kesempurnaan hanya milik Allah. 
Jadiiii, 9,9 aja, nilai tertinggi buat ombus.
.
Penasaran?
Berburulah, nikmati kue tradisional yang sudah mulai langka, tapi harus dicoba, harus, ombus-ombus.
Enakkkkk!!!!!

No comments:

Post a Comment