Review

Saturday, November 13, 2021

Rabuk Haruan Vs Sambal Lingkung

Ciitttttt, mendadak kuinjat rem motorku sampai mendecit.
Hampirrrrr saja, kutubruk stump di pinggir jalan. Spontan, aku menoleh ke belakang. Alhamdulillah, anakku tak terlempar dari boncengan.
Sejenak kuatur nafasku, menenangkan kegugupanku.
Memang sih, pikiranku sedang tak menentu.
Sebelum berangkat kerja tadi, kulihat ikan haruan di drum mengap-mengap berdesakkan.
Berarti, besok harus segera dibuat abon  ikandaripada mati sia-sia.
"Nantilah, pulang kerja, belanja bahan ke Pasar Kahayan." 
Selesai antar anak ke sekolah, aku langsung melaju menuju Kantor di Gedung  Batang Garing lt.6 Palangka Raya.

***
Sabtu, pembunuhan berdarah.

Ikan haruan kumatiin satu per satu. Sadis bener...terpaksaaaa kulakukan
Dengan kuucapkan Bismillah, ikan kupotong, sambil mengucapkan maaf ya, maaf ya...(jiwa  animal lovers ku meronta-ronta)
Membuat rabuk iwak haruan atau abon ikan, membutuhkan waktu yang lama.
Resep iwak haruan atau haruan barabuk ini ibu Mertua.
Pertama yang dilakukan, ikan dicuci bersih, tiriskan; kemudian dikukus agar mudah memisahkan daging dengan durinya.

Kemudian, siapkan bumbu halus, dengan takaran kira-kira : Cabe merah, cabe rawit, bawang putih, bawang merah, ketumbar sangrai dan sepotong kunyit. Untuk bumbu daun: serai dan laos (kami orang Palangka jarang memakai daun jeruk, mau pakai silahkan) santan dari dua butir kelapa dan kelapa parut.

Masak santan kental dalam wajan besar sampai keluar minyaknya (kami menyebutnya tahi lala).
Masukkan bumbu halus, serai dan laos
Daging ikan yang sudah disuwir tadi, aduk hingga rata, masukkan kelapa parut, kasih garam, gula pasir dan penyedap rasa.
Aduk terus hingga kelapa dan ikan kering. 

Cukup lama aku berkutat depan wajan.
Rabuk awet, tak cepat basi, kalau dimasak kering dan tidak gosong.
Wangi rabuk haruan menembus rumah tetangga.
Setelah benar-benar dingin, kumasukkan ke toples plastik kedap udara (supaya tahan lama).
Rabuk homemade, esok hari aku kirim ke orangtua di Jakarta.
Sebagian untuk konsumsi sendiri untuk lauk atau cocolan makan ketan. Sebagian lagi, rabuk aku bagi ke tetangga khususnya buat tetangga depan rumah,  yang baru pindahan sekalian kenalan.

"Mama Retha, ini rabuk haruan khas Kalimantan."
Wanita berbadan montok itu menerima dengan gembira, toples kecil yang aku berikan.
Langsung dibuka, godaan aroma ikan tak bisa ditahan.
"Hmmmm enaknyee...inikan sambal lingkung di kampung ko," kejutnya.
"Rabuk haruan," jawabku.
"Sambal lingkung," balasnya, kemudian dia tersenyum, " Same baelah...Kalo di kampung ko pakai ikan laut."

Sebenarnya, bahan abon ikan, bisa mempergunakan ikan apa saja, sungai atau laut.
Di Palangka Raya, bahan rabuk, aslinya dari ikan haruan/gabus sungai ukuran besar (bukan hasil budidaya). Ikan sungai dagingnya lebih manis.
Pakai ikan laut juga bisa, Tenggiri, Belida, nggak perlu dikukus, langsung. dikerik pakai sendok untuk memisahkan daging dengan kulitnya

"Makasih ya, Mama Ica, ko lama dak makan sambal lingkung." 
Sekali lagi ia mengambil rabuk, menikmati  berlahan sambil memejamkam mata, menarik nafas.

Mungkin dia kangen kampung halamannya, Bangka Belitung, batinku sambil membiarkan ia hanyut dalam  kerinduan.
Musim Kemarau, Perumahan Intan Kurung, Palangka Raya 1997

#NovemberKuliner #BangkaBelitung #sambalLingkung #RabukHaruan


No comments:

Post a Comment