Review

Friday, November 12, 2021

Cake Buah Naga Khas Batam

Ba'da maghrib, aku kedatangan tamu. Dani, Iparku memperkenalkan istri ke empatnya. 
Katanya, anak juragan kayu dari Batam.

Perempuan itu berdiri canggung di depan pintu.
Maklumlah, tak banyak yang mau menerima istri sembayan bertamu ke rumahnya. Pengaruh berita simpang siur dari satu ipar ke ipar yang lain.
Hati-hati pelakor, perempuan tak tau malu, berbagai label dicap di dahi istri muda, padahal mereka tak pernah mengenalnya, tak tau pula, alasan perempuan, mau dimadu dan  menjadi madu. 
Bagiku, jika ingin bertamu, datanglah. 

"Mbak Iin," sapanya.
"Loh! Dik...katanya orang Batam." 
Aku penasaran, waktu memanggil namaku, Een menjadi Iin. Kebiasaan urang Banjar asli, suka mengubah huruf e menjadi huruf i, huruf o menjadi u.

"Ulun, asli urang Barabai, tinggal di Batam,  mbak'ae." 

Hening sejenak, pikiranku morat-marit karena berita yang diterima, lain pula kenyataannya.

"Ini, Mbak." 
Ia menyerahkan dua kotak, oleh-oleh Batam,
cake buah naga. 
"Di Batam, buah naga banyak banar, murahhh harganya, mbak,"  jelas Ani. Terlihat ia senang karena aku bicara tak ada henti. Terus bertanya seputar Pulau Batam.
Aku belum pernah ke sana, hanya melihat berita saja. Batam, selain  surga belanja, juga terkenal potensi alamnya, salah satunya budidaya buah naga terbaik di tanah air.  
Buah naga cocok dengan cuaca panas,  letak dan kondisi tanah Batam berada di dataran rendah. Sangat sesuai pertumbuhan buah naga.
Melimpahnya buah naga itu, dimanfaat warga Batam menjadi olahan cake buah naga.

Setelah dinikmati, cake buah ini tidak eneg dimakan, terasa ringan dan lembut karena tidak mengunakan margarin, tapi minyak sayur.
Ada satu yang luar biasa, ada sensasi manis asam. Ternyata cake ini juga mengunakan tambahan tape singkong, sedangkan warna merah muda terang diperoleh dari buah naga berwarna merah.

"Kapan-kapan, ulun ajak pian ke Batam, maukah, mbak? Kita bejalanan ke  jembatan Barelang, Nagoya Hill, nyebarang ke Singapura naik fery." 
Aku langsung antusias.
.
Qadarullah.
Takdir berkata lain, di usia 32 tahun, Ani berpulang ke Rahmatullah.


"Kita belum ke Batam, Dik. Nanti ya, Mbak pergi ke Batam menuaikan janjimu."  
Aku merasa kehilangan. Tujuh tahun bersama, aku tau, dia bahagia saat aku menerimanya bagian dari keluarga. 
Perempuan baik itu telah pergi.

Bada Isya, tahun 2017

#NopemberKuliner #KepRiau #Batam #CakeBuahNaga

Basa Banjar:
Ulun/Lun = saya
Pian =  kamu.

2 comments: