Perempuan berbaju adat Bali, kebaya brokat putih dan kamen (kain jarik) khas corak bali, bulang pasang atau selendang berwarna merah diikat di pinggang semacam kemben
Manis sekali terlihat dengan sanggul kecil. Para pria pun memakai baju putih, kamen, dan udeng.
Saya pikir ada ngaben di tepian pantai Kuta.
Terlihat deretan sajen sudah dipersiapkan.
Pedanda (sebutan pendeta Hindu Bali) pun duduk tenang di atas panggung kecil semacam altar.
Menunggu matahari tenggelam.
Penasaran dari pada salah, saya bertanya pada seorang perempuan berkebaya, yang sama sibuknya seperti saya foto-foto matahari tenggelam, ia menjelaskan.
"Ini upacara nyekah, Bu."
Nyekah
Proses ritual nyekah, adalah proses lanjutan ketika tadi pagi sudah dilaksanakan ngaben pada keluarga yang meninggal dunia
Sebelum diaben, jenasah dikubur dahulu sampai menunggu dana cukup untuk melaksanakan ngaben.
Umumnya, jenasah sebelum diaben akan dikubur, dan keluarga datang untuk nyekar sembari berdoa dan menabur bunga.
Jika dana dan waktu cukup, maka dilaksanakan ngaben dan dilanjutkan dengan nyekah(nyekar)
Abu atau arang jenazah dikumpulan, atma telah disucikan akan segera dilarung ke lautan...sebagai bentuk simbolik suci sungai Gangga.
.
Suara gamelan dan lantunan doa, denting lonceng dari tangan pedanda, rombongan keluarga segera menghanyutkan sekah ke segara.
Atma suci didoakan akan diterima Hyang Yang Widi.
dan kelak akan lahir kembali(reinkarnasi) di dunia ini menjadi wujud yang baik.
Semua baik dan buruk tergantung amal perbuatan manusia itu ketika hidup.
Semoga saja pada kelahiran kedua nanti, Menjadi Pedanda yang sulinggi, memiliki kedudukan yang tinggi(linggih) yang baik(su), awalnya menjadi manusia biasa dan terlahir menjadi Brahmana(rohaniawan)
.
Sore di tepi Pantai Kuta hari ini, ada saja cerita mewarnainya
Sayapun bergegas pulang ke rumah untuk melaksanakan sholat Magrib.
Pulau Dewata yang penuh pesona.
Agama, budaya, panorama alam yang indah dan menyatu sempurna.
Masya Allah.
.
Saya tinggal dulunya.
Yukkk mari.
No comments:
Post a Comment