Review

Monday, January 13, 2020

Bali dalam Cerita

Karena ada informasi: diprediksikan cuaca extrim tanggal 11 sampai tanggal 13 Januari 2020.
Anak saya sudah wanti-wanti agar berangkat ke airport Soeta lebih pagi, takut hujan pasti macet.
.
Terakhir naik Damri Bogor - Soeta 4 bulan yang lalu, tiket damri bus biasa Rp 55.000,- sekarang sudah  naik jadi Rp. 70.000,- 
Ya sudahlah, yang penting sampai tujuan.
Perjalanan lancar, cuaca terang benderang. Alhamdullilah.

 

Mama, perginya hangman lama lama

Karena saya kapok bayar bagasi lebih 12 kg (Agustus 2019) sebesar satu juta lebih (naik Air Asia bagasi 10 kg)
Sekarang saya naik Citylink dengan bagasi 20 kg. 
Itupun sedikit was-was kalo kelebihan lagi. Saran saya selalu bawa tas tenteng, untuk persiapan levih bagasi.
Bener juga, lebih dua kilo, langsung saya bongkar muatan, taruh ke tas ransel untuk ke kabin. Alhamdulilah bawaan aman.
Penerbangan Jakarta-Bali lancar walau di udara, ada sedikit awan jelek yang bikin deg-degan...Ampunnn, kalo begini, suka takut. Pasrah aja deh. 

Tiba di Bandara Ngurah Rai sesuai jadwal.

 

Pulau Dewata sangat cerah 31° berbeda sekali dengan kota Bogor yang mendung sepanjang hari.
Ada yang nggak saya suka, naik Transportasi Bali airport, mahal.
Masa Bandara Ngurah Rai ke jalan Kubu Anyar dikenai Rp 150.000,- tidak pakai argo. 
Empat bulan yang lalu masih Rp 100.000,- mobilnya juga biasa nggak ada stiker atau semacam taxi.
Di samping dua both tranport line, sekarang ada both khusus Grab.
Tak mikir murah, ternyata tarifnya beda, karena masuk ke bandara, Rp 119.000,-
Sudahlah pesan grab, ealah...10 menit nunggu mobilnya datang bukannya seperti yang saya kira, mobilnya stanby. Artinya beda dikit dengan taxi line.

Jarak bandara rumah cuman 10 menit
Baru di depan pintu kamar, lihat keadaan  kamar kos yang kotor, maklum kosong selama 4 bulan. 
View depan rumah

 

Saya nggak sempat menyapa tetangga, langsung bebersih...Napa juga dapur kotor begini, ternyata malam hari Bali hujan deras disertai angin kencang. Dapur terbuka pun tempias , kena percikan air hujan. Juga kurang talang untuk mengucurkan air hujan, kalo di Bali, saya tidak mengenal tukang, ah biarlah tinggal cuman 3 minggu ini. Lagi-lagi saya harus bebersih, piufhhn kamarnya kecil tapi menguras tenaga pula. 

Baru setengah hari  sudah kangen rumah Bogor, jujur, saya belum benar-benar krasan di pulau Dewata ini..

Bali sekarang turisnya banyak dari Cina dan India, sebagian orang timur tengah. Buktinya, sepanjang jalan, merahhhh menyala dengan ornamen dan tuliaan Cina.Ini di Bali atau di Cina. Sungguh Cina sudah menjajah pulau dewata ini...Jujur sangat menyedihkan

Jalan ke Pantai Kuta tak semudah dahulu. Sebelum DJ cafe dibongkar, hanya perlu 5 menit ke pantai Kuta, sekarang DJ cafe dibongkar, ditutup pintunya pakai seng. Terpaksa harus jalan memutar ke pantai, jauh..Lebih baik di rumah aja.Lagian  Bali puaaaanaassss.

Begitulah rakyat jelatah macam saya, malesss berjemur di pantai. Beda dengn bule-bule seneng banget mandi matahari. Cukup pakai bikini, bergelimpangan di pinggir pantai, bagai ikan di bakar. Herannya, lihat bule buka aurat, kok biasaaa aja.Tapi kalo orang lokal pakai bikini, terasa anehh, aneh aja nggak bisa kasih alasan

Ya sudah,  saya mau lanjut beberes rumah dulu yaa.

No comments:

Post a Comment