Perjalanan kami ke Dataran Tinggi Dieng di bulan April lalu (21/4)
Menempuh jarak 12 jam, rombongan kami mengawali hari dengan sarapan di Warung Selera Raja.
Wih, namanya yang tak biasa.
Warung berada di jalan masuk utama komplek Candi Arjuna, Dieng Kulon.
Udara pagi tak sedingin yang saya kira, cuaca hangat lebih tepatnya. Sebagai pengemar kuliner dari berbagai daerah di Nusantara, alhamdulilah, saya selalu suka mencoba makanan baru, yang penting halal.
Ragam makanan dan minuman di bumi Pertiwi ini membuat saya kagum, walau kulinernya antara satu dengan yang lain nggak jauh beda rasa dan bahan utamanya.
Oke deh, Trip to dieng Plateau, saatnya berburu makanan, ini nih yang membuat saya bersemangat, lupakan diet, pokoknya makan.
Beberapa kuliner khas Dieng tak langsung akrab di lidah, bukan berarti tidak suka atau tak enak, semua perlu proses, mencicipi, menikmati, mencari sensasi, kemudian mengila...alias doyan.
15 menit kemudian, barulah saya tau penampakan Mi atau bakmi Ongklok yang saya impikan, ternyata, mi rebus berkuah kental.
Mi kuning, kol, potongan tahu goreng dan irisan daun kucai disiram kuah kental, yang namanya Loh.
Mirip Mie koclok Cirebon, bedanya mie konclok Cirebon mengunakan santan dan maizena,
Sedangkan menurut pemilik warung Selera Raja, Mi ongklok menguna tepung Aci/kanji.
Sebagai pendamping Mi Ongklok, disediakan sate daging sapi berbumbu kacang.
Jujur, Mi ini baru bagi saya, berusaha sekuat jiwa untuk mencari sensasi kekhasan mi ongklok, loh lebih dominan terasa manis, seperti umumnya masakan Jawa.
Baru setelah bertanya dengan pemilik warung (sampe lupa bertanya,nama pemiliknya, gegara mengebu tanya sana-sini, kali si ibu juga heran. Apa seeh eneng satu ini...)
Kuah loh berwarna kuning kecoklatan diberi bumbu spesial ala Selera Raja. Kuah kental ini kemudian dicampur dengan udang, dan rasa kacang didapat dari bumbu sate daging.
"Enak ya mbak?"
Nelen ludah, ditanya begitu, saya nggak bisa jawab. Setelah kembali ke meja, lagi-lagi saya mencoba kuah lohnya, baru terasa udangnya, setelah dikasih tau ada udangnya. Penasaran pake udang jenis apa, saya inbox teman, udang yang dimaksud udang kering (ebi)
Kenapa namanya Mi Ongklok?
Ongklok adalah keranjang kecil terbuat dari bambu yang dipakai untuk proses perebusan mi.
Mi dan sayuran dicelupkan dalam dandang berisi air mendidih. Proses pencelupan, ongklok diangkat, dicelupkan lagi, berulang-ulang itulah disebut diongklok.
Setelah matang, mi ditaruh di mangkuk,disiram loh.
Tak jauh beda dengan tempe biasa yang digoreng tepung. Namanya tempe kemul, karena udara Dieng sangat dingin, tempe tipis saja memakai selimut (kemul)
Warna kuning tempe kemul berasal dari kunyit, ada rasa ketumbar, dan irisan tipis daun kucai. Disajikan, langsung dari pengorengan, panas-panas, tempe krmu dan cabe rawir, sempuna sekali, ini baru enak, murah harganya, sepotong cuman seribu.
Minuman khas Dieng, Wonosobo terbuat dari Purwaceng.
Nama yang asing bagi saya.
Sangking penasarannya, saya sampai ketinggalan rombongan di sekitar kawasan komplek Candi Arjuna, demi melihat bentuk nyata tanaman Purwaceng.
Abang parkir yang menunjukanpun, hanya bilang, beberapa tanaman Purwaceng dibawa untuk bazar di kota jawa Tengah. Jadi cuman nemu purwaceng yang tumbuhnya tak subur, mungil, kelihatan sensara, hidup enggan mati tak mau.
Begitulah nasib tanaman semak ini, Purwaceng hanya tumbuh di daerah dingin seperti dataran tinggi Dieng. Purwaceng sangat susah dibudidayakan karena tumbuhan ini sulit menghasilkan biji.
Purwaceng memiliki nama latin Pimpinella Alpina. Purwaceng bukan tanaman asli Dieng, tapi pertama kali ditemukan di pengunungan Alpen, Swiss dengan ketinggian 2000-3000 meter di atas permukaan laut. Pimpinella Alpina, ini malah menjadi minuman khas Dieng terkenal sedunia.
Purwaceng nan luar biasa.
Viagra Indonesia
Purwaceng dijadikan minuman herbal yang bermanfaat bagi kesehatan khususnya menjaga stamina tubuh dan menambah keperkasaan pria. Pantas Purwaceng menjadi obat kuat andalan pria menaklukkan wanita (misterius sekali, wanita yang dikatakan makhluk lemah, namun pria bersusah payah mencari obat kuat untuk memgalahkannya...jadi, sapa yang sebenarnya 'kuat'?
halahh...ceritanya malah meleber kemari.
Ealah namanya, hihihi.
Nama Purwaceng, berasal dari penemuan beberapa orang yang tak disengaja.
Hawa Dieng yang dingin dan hujan, beberapa pekerja, mengunyah rumput kecil, tanpa disadari memberi efek hangat. Yang hebatnya, bukan sebatas badan saja yang hangat, efek lain mengalami efek ereksi yang tak bisa diungkapkan.
Sejak kejadian itulah tumbuhan semak itu dinamakan Purwaceng.
Asal kata Purwa berarti ikhwal alias tentang, sedangkan Ceng asal katanya dari ngaceng alias ereksi.
Ulalaa, pantas saja, waktu di warung Selera Raja tadi, pemiliknya mendesak, "Beli ini mbak buat suami, nanti setelah minum ini, akan terjadi sesuatu yang tak akan terlupakan"
What!
Dia berbisik, pokoknya nggak rugi beli bubuk Purwaceng, apalagi sekarang Purwaceng dijual dalam bentuk instan, tinggal seduh.
Masalahnya, suami saya kan jauh...nanti repot sendiri.
Penampakan minuman Purwaceng sebelum diseduh, berbentuk bubuk halus. Saat penyajian Purwaceng dicampur dengan teh, gingseng, kopi, tak lupa ditambah susu kental manis.
Kembali ke minuman suplemen khas Dieng, Purwaceng.
Setelah mencoba kopi susu Puwaceng. Efeknya memang hangat, cocok di udara seperti saat ini.
Soal rasanya, Purwaceng memiliki rasa khas, dominan rasa daun kering. Yang belum terbiasa seperti saya, kadang kurang akrab di lidah.
Kembali saya menyeruput kopi susu Purwaceng, dalam hati saya berbisik: Tolong, Purwaceng, beri saya waktu untuk mencari sisi nikmat rasa khasmu.Sabarrr ya, saya penikmat baru.
Tanaman keluarga pepaya, tapi buahnya bentuknya lebih kecil, Carica merupakan tanaman endemis yang hanya tumbuh subur di dataran tinggi Dieng.
Anugrah dari buah Carica, memberikan peningkatan ekonomi bagi masyarakat dataran tinggi Dieng dengan mengolah carica menjadi manisan, minuman dan selai.
Kebetulan home industry manisan carica berada di sebelah home stay kami. Rombongan langsung melihat cara pembuatan manisan carica.
Naluri keingin tauan saya tak terhingga, alhamdulilah bertemu dengan mbak Ipah, home Industri ini dikelola tiga saudara.
Cara pembuatan manisan Carica sangat mudah, Carica dikupas bersih dari kulitnya, keluarkan bijinya.
Rendam sebentar dalam air kapur, setelah itu dibersihan kembal dan dipotong kecil. Carica dimasukkan dalam rebusan air gula pasir dan sedikit asam benzoat.Langkah selanjutnya angkat dan biarkan dingin, siap dikemas.
Manisa Carica diberi sedikit asam benzoat agar memperlambat proses pembusukan dan lebih awet.
Mbak Ipah menunjukan, botol tempat manisan yang sudah disterilkan. Manisan Carica akan awet lebih lama dalam lemari pendingin. Dulu saya pernah dikasih oleh-oleh Carica, saya kurang suka karena terlalu manis. Kini menyesuai selera pelanggan yang sudah manis bertambah manis, hingga manisan Carisa kini rasa lebih pas, manisnya mantaf, rasanya enak dan testur dagingnya kenyal.
Manisan Carica tanpa label 5 buah hanya Rp 10.000 di setral pembuatannya, jika sudah dipasangi label nama Menjadi Rp 15.000, dijual di toko oleh-oleh menjadi Rp 25.000,-
Oi, Bukan tanda Komunitas pencinta Iwan Flash. Tapi Oi, singkatan dari Opak Ilat Kerupuk/opak terbuat dari singkong.
Sedikit promosi, mbak Ipah mengatakan opak ilat buatannya lebih gurih, terbuat dari singkong kukus yang dihaluskan, kemudian diberi bumbu, garam, irisan daun kucai.
Opak singkong ini dibentuk panjang seperti lidah (ilat), di jemur hingga kering dan siap digoreng.
Ada dua rasa opak ilat: original dan balado pedas.
Pertama kali melihat camilan dari kentang mini masih berkulit dalam wajan besar berwarna kecoklatan. Di daerah saya, kentang kenthol dibuat campuran daging rendang.
Di Dieng, kentang kenthol diolah menjadi semur. Kentang terlebih dahulu direbus, kemudian dicampur dengan bumbu semur dalam wajan besar. Karena lamanya memasak, semur itu malah menjadi karamel.Satu cup plastik, semur Kenthol dihargai Rp 6.000,- memakannya pakai tusukan bambu. Semur Kentang mini banyak dijumpai di areal dan sepanjang jalan Bukit Sikunir desa Sembungan.
Camilan terbuat dari jamur yang di goreng garing. Penjual jamur krispi sudah mengolah jamur menjadi gurih dan garing.
Sebelum membeli, penjual mempersilakan mecicipi terlebih dahulu, kalo kurang hangat, biasanya penjual akan mengoreng kembali jamur krispi. Untuk penambah rasa, jamur krispi diberi bubuk rasa jagung, baloda atau rasa orisinil.
Hasil Pertanian Dataran Tinggi Dieng
Kentang
Di areal samping komplek Candi Arjuna, banyak ditemukan penjual kentang Dieng.
Ada dua jenis kentang;
Kentang Kuning atau dikenal kentang Jawa. Kentang kuning lebih disukai untuk membuat aneka keripik dan stik, karena rasanya lebih gurih, enak dan sedikit mengandung air
Kentang Merah
Baru pertama kali saya melihat kentang dan kulitnya memiliki warna merah
Cabe Gendol
Kalau di Bandung, cabe ini namanya cabe gendot., cocok dengan perawakan cabe yang gendot dan pendek, bengkak, bantet, ngemesin.
Cabe Gendol (Capsicum Chinense) dikenal pula dengan nama Habanero
( Baca : Dalam Kenangan Cabe Gendot di Bandung )
Buah Kemar
Masyarakat Wonosobo menyebut buah Kemar untuk Terong Belanda
Terong Belanda sebenarnya, berfungsi untuk menahan erosi, hingga tanaman ini ditemukan hampir di perkebunan Dieng.
Pertama kali saya mengenal terong Belanda, waktu dikasih oleh-oleh kakak ipar, yang berasal dari Brastagi, Kaban Jahe, Sumatera Utara.
Ciri buah kemar, berbentuk bulat telur, ke dua ujung buah berbentuk runcing.
Kulit buah tipis, licin dan berwarna lembayung kemerah-merahan, merang jingga sampai kekuning-kuningan.
Biasanya, buah kemar dijadikan minuman(jus), rasanya agak masam dan warnanya menarik sekali.
Beragam kuliner khas Dieng, memberikan sensasi tersendiri, ada yang langsung akrab di lidah, dan ada yang masih asing. Menikmari kuliner, memang tak bisa terburu-buru, harus dimakan pelan-pelan, tapi nggak sampai melek merem kan...
Pokoknya, kuliner khas daratan tinggi dieng, Endolitaaa banget.
Salam Manis
Foto : Koleksi Pribadi.
Menempuh jarak 12 jam, rombongan kami mengawali hari dengan sarapan di Warung Selera Raja.
Wih, namanya yang tak biasa.
Warung berada di jalan masuk utama komplek Candi Arjuna, Dieng Kulon.
Udara pagi tak sedingin yang saya kira, cuaca hangat lebih tepatnya. Sebagai pengemar kuliner dari berbagai daerah di Nusantara, alhamdulilah, saya selalu suka mencoba makanan baru, yang penting halal.
Ragam makanan dan minuman di bumi Pertiwi ini membuat saya kagum, walau kulinernya antara satu dengan yang lain nggak jauh beda rasa dan bahan utamanya.
Oke deh, Trip to dieng Plateau, saatnya berburu makanan, ini nih yang membuat saya bersemangat, lupakan diet, pokoknya makan.
Beberapa kuliner khas Dieng tak langsung akrab di lidah, bukan berarti tidak suka atau tak enak, semua perlu proses, mencicipi, menikmati, mencari sensasi, kemudian mengila...alias doyan.
Mi Ongklok
Inilah mi yang saya idamkan sejak lama, penasaran bagaiman rupa dan rasanya. Dhilalah, mi ini menjadi sarapan pertama saya tiba di Dieng.
15 menit kemudian, barulah saya tau penampakan Mi atau bakmi Ongklok yang saya impikan, ternyata, mi rebus berkuah kental.
Mi kuning, kol, potongan tahu goreng dan irisan daun kucai disiram kuah kental, yang namanya Loh.
Mirip Mie koclok Cirebon, bedanya mie konclok Cirebon mengunakan santan dan maizena,
Sedangkan menurut pemilik warung Selera Raja, Mi ongklok menguna tepung Aci/kanji.
Sebagai pendamping Mi Ongklok, disediakan sate daging sapi berbumbu kacang.
Jujur, Mi ini baru bagi saya, berusaha sekuat jiwa untuk mencari sensasi kekhasan mi ongklok, loh lebih dominan terasa manis, seperti umumnya masakan Jawa.
Baru setelah bertanya dengan pemilik warung (sampe lupa bertanya,nama pemiliknya, gegara mengebu tanya sana-sini, kali si ibu juga heran. Apa seeh eneng satu ini...)
Kuah loh berwarna kuning kecoklatan diberi bumbu spesial ala Selera Raja. Kuah kental ini kemudian dicampur dengan udang, dan rasa kacang didapat dari bumbu sate daging.
"Enak ya mbak?"
Nelen ludah, ditanya begitu, saya nggak bisa jawab. Setelah kembali ke meja, lagi-lagi saya mencoba kuah lohnya, baru terasa udangnya, setelah dikasih tau ada udangnya. Penasaran pake udang jenis apa, saya inbox teman, udang yang dimaksud udang kering (ebi)
Kenapa namanya Mi Ongklok?
Ongklok adalah keranjang kecil terbuat dari bambu yang dipakai untuk proses perebusan mi.
Mi dan sayuran dicelupkan dalam dandang berisi air mendidih. Proses pencelupan, ongklok diangkat, dicelupkan lagi, berulang-ulang itulah disebut diongklok.
Setelah matang, mi ditaruh di mangkuk,disiram loh.
Tempe Kemul
Tak jauh beda dengan tempe biasa yang digoreng tepung. Namanya tempe kemul, karena udara Dieng sangat dingin, tempe tipis saja memakai selimut (kemul)
Warna kuning tempe kemul berasal dari kunyit, ada rasa ketumbar, dan irisan tipis daun kucai. Disajikan, langsung dari pengorengan, panas-panas, tempe krmu dan cabe rawir, sempuna sekali, ini baru enak, murah harganya, sepotong cuman seribu.
Purwaceng
Minuman khas Dieng, Wonosobo terbuat dari Purwaceng.
Nama yang asing bagi saya.
Sangking penasarannya, saya sampai ketinggalan rombongan di sekitar kawasan komplek Candi Arjuna, demi melihat bentuk nyata tanaman Purwaceng.
Abang parkir yang menunjukanpun, hanya bilang, beberapa tanaman Purwaceng dibawa untuk bazar di kota jawa Tengah. Jadi cuman nemu purwaceng yang tumbuhnya tak subur, mungil, kelihatan sensara, hidup enggan mati tak mau.
Begitulah nasib tanaman semak ini, Purwaceng hanya tumbuh di daerah dingin seperti dataran tinggi Dieng. Purwaceng sangat susah dibudidayakan karena tumbuhan ini sulit menghasilkan biji.
Purwaceng memiliki nama latin Pimpinella Alpina. Purwaceng bukan tanaman asli Dieng, tapi pertama kali ditemukan di pengunungan Alpen, Swiss dengan ketinggian 2000-3000 meter di atas permukaan laut. Pimpinella Alpina, ini malah menjadi minuman khas Dieng terkenal sedunia.
Purwaceng nan luar biasa.
Viagra Indonesia
Purwaceng dijadikan minuman herbal yang bermanfaat bagi kesehatan khususnya menjaga stamina tubuh dan menambah keperkasaan pria. Pantas Purwaceng menjadi obat kuat andalan pria menaklukkan wanita (misterius sekali, wanita yang dikatakan makhluk lemah, namun pria bersusah payah mencari obat kuat untuk memgalahkannya...jadi, sapa yang sebenarnya 'kuat'?
halahh...ceritanya malah meleber kemari.
Ealah namanya, hihihi.
Nama Purwaceng, berasal dari penemuan beberapa orang yang tak disengaja.
Hawa Dieng yang dingin dan hujan, beberapa pekerja, mengunyah rumput kecil, tanpa disadari memberi efek hangat. Yang hebatnya, bukan sebatas badan saja yang hangat, efek lain mengalami efek ereksi yang tak bisa diungkapkan.
Sejak kejadian itulah tumbuhan semak itu dinamakan Purwaceng.
Asal kata Purwa berarti ikhwal alias tentang, sedangkan Ceng asal katanya dari ngaceng alias ereksi.
Ulalaa, pantas saja, waktu di warung Selera Raja tadi, pemiliknya mendesak, "Beli ini mbak buat suami, nanti setelah minum ini, akan terjadi sesuatu yang tak akan terlupakan"
What!
Dia berbisik, pokoknya nggak rugi beli bubuk Purwaceng, apalagi sekarang Purwaceng dijual dalam bentuk instan, tinggal seduh.
Masalahnya, suami saya kan jauh...nanti repot sendiri.
Penampakan minuman Purwaceng sebelum diseduh, berbentuk bubuk halus. Saat penyajian Purwaceng dicampur dengan teh, gingseng, kopi, tak lupa ditambah susu kental manis.
Kembali ke minuman suplemen khas Dieng, Purwaceng.
Setelah mencoba kopi susu Puwaceng. Efeknya memang hangat, cocok di udara seperti saat ini.
Soal rasanya, Purwaceng memiliki rasa khas, dominan rasa daun kering. Yang belum terbiasa seperti saya, kadang kurang akrab di lidah.
Kembali saya menyeruput kopi susu Purwaceng, dalam hati saya berbisik: Tolong, Purwaceng, beri saya waktu untuk mencari sisi nikmat rasa khasmu.Sabarrr ya, saya penikmat baru.
Carica, Oleh-oleh Khas Dieng
Tanaman keluarga pepaya, tapi buahnya bentuknya lebih kecil, Carica merupakan tanaman endemis yang hanya tumbuh subur di dataran tinggi Dieng.
Anugrah dari buah Carica, memberikan peningkatan ekonomi bagi masyarakat dataran tinggi Dieng dengan mengolah carica menjadi manisan, minuman dan selai.
Kebetulan home industry manisan carica berada di sebelah home stay kami. Rombongan langsung melihat cara pembuatan manisan carica.
Naluri keingin tauan saya tak terhingga, alhamdulilah bertemu dengan mbak Ipah, home Industri ini dikelola tiga saudara.
Cara pembuatan manisan Carica sangat mudah, Carica dikupas bersih dari kulitnya, keluarkan bijinya.
Rendam sebentar dalam air kapur, setelah itu dibersihan kembal dan dipotong kecil. Carica dimasukkan dalam rebusan air gula pasir dan sedikit asam benzoat.Langkah selanjutnya angkat dan biarkan dingin, siap dikemas.
Manisa Carica diberi sedikit asam benzoat agar memperlambat proses pembusukan dan lebih awet.
Mbak Ipah menunjukan, botol tempat manisan yang sudah disterilkan. Manisan Carica akan awet lebih lama dalam lemari pendingin. Dulu saya pernah dikasih oleh-oleh Carica, saya kurang suka karena terlalu manis. Kini menyesuai selera pelanggan yang sudah manis bertambah manis, hingga manisan Carisa kini rasa lebih pas, manisnya mantaf, rasanya enak dan testur dagingnya kenyal.
Manisan Carica tanpa label 5 buah hanya Rp 10.000 di setral pembuatannya, jika sudah dipasangi label nama Menjadi Rp 15.000, dijual di toko oleh-oleh menjadi Rp 25.000,-
Oi
Oi, Bukan tanda Komunitas pencinta Iwan Flash. Tapi Oi, singkatan dari Opak Ilat Kerupuk/opak terbuat dari singkong.
Sedikit promosi, mbak Ipah mengatakan opak ilat buatannya lebih gurih, terbuat dari singkong kukus yang dihaluskan, kemudian diberi bumbu, garam, irisan daun kucai.
Opak singkong ini dibentuk panjang seperti lidah (ilat), di jemur hingga kering dan siap digoreng.
Ada dua rasa opak ilat: original dan balado pedas.
Semur kentang mini (kenthol)
Pertama kali melihat camilan dari kentang mini masih berkulit dalam wajan besar berwarna kecoklatan. Di daerah saya, kentang kenthol dibuat campuran daging rendang.
Di Dieng, kentang kenthol diolah menjadi semur. Kentang terlebih dahulu direbus, kemudian dicampur dengan bumbu semur dalam wajan besar. Karena lamanya memasak, semur itu malah menjadi karamel.Satu cup plastik, semur Kenthol dihargai Rp 6.000,- memakannya pakai tusukan bambu. Semur Kentang mini banyak dijumpai di areal dan sepanjang jalan Bukit Sikunir desa Sembungan.
Jamur Krispi
Camilan terbuat dari jamur yang di goreng garing. Penjual jamur krispi sudah mengolah jamur menjadi gurih dan garing.
Sebelum membeli, penjual mempersilakan mecicipi terlebih dahulu, kalo kurang hangat, biasanya penjual akan mengoreng kembali jamur krispi. Untuk penambah rasa, jamur krispi diberi bubuk rasa jagung, baloda atau rasa orisinil.
Hasil Pertanian Dataran Tinggi Dieng
Kentang
Di areal samping komplek Candi Arjuna, banyak ditemukan penjual kentang Dieng.
Ada dua jenis kentang;
Kentang Kuning atau dikenal kentang Jawa. Kentang kuning lebih disukai untuk membuat aneka keripik dan stik, karena rasanya lebih gurih, enak dan sedikit mengandung air
Kentang Merah
Baru pertama kali saya melihat kentang dan kulitnya memiliki warna merah
Cabe Gendol
Kalau di Bandung, cabe ini namanya cabe gendot., cocok dengan perawakan cabe yang gendot dan pendek, bengkak, bantet, ngemesin.
Cabe Gendol (Capsicum Chinense) dikenal pula dengan nama Habanero
( Baca : Dalam Kenangan Cabe Gendot di Bandung )
Buah Kemar
Masyarakat Wonosobo menyebut buah Kemar untuk Terong Belanda
Terong Belanda sebenarnya, berfungsi untuk menahan erosi, hingga tanaman ini ditemukan hampir di perkebunan Dieng.
Pertama kali saya mengenal terong Belanda, waktu dikasih oleh-oleh kakak ipar, yang berasal dari Brastagi, Kaban Jahe, Sumatera Utara.
Ciri buah kemar, berbentuk bulat telur, ke dua ujung buah berbentuk runcing.
Kulit buah tipis, licin dan berwarna lembayung kemerah-merahan, merang jingga sampai kekuning-kuningan.
Biasanya, buah kemar dijadikan minuman(jus), rasanya agak masam dan warnanya menarik sekali.
Beragam kuliner khas Dieng, memberikan sensasi tersendiri, ada yang langsung akrab di lidah, dan ada yang masih asing. Menikmari kuliner, memang tak bisa terburu-buru, harus dimakan pelan-pelan, tapi nggak sampai melek merem kan...
Pokoknya, kuliner khas daratan tinggi dieng, Endolitaaa banget.
Salam Manis
Foto : Koleksi Pribadi.
Kalau ke sini yang paling pertama kucari adalah gorengan, baru membeli Carica; soal kuliner kadang kurang pas dengan lidahku yang suka asin. DI sini sedikit ada rasa manisnya :-)
ReplyDeleteternyata kita sama...kadang kuliner di suatu daerah tidak selalu pas di lidah kita ya. tapi yg penting, udah pernah merasakan sensasi khas setiap kulinet nusantara,
DeleteCarica!
ReplyDeleteSelalu suka, entah kenapa. Sama kentang goreng panasnya. Huaaaaa masih puasaaaa....
saya cenderung ke gorengannya sih..
DeleteAku baru icipin tempe kemul, carica, purwaceng, ama opaknya, beluk pernah icipin mie ongkloknya nih jadi pengen ��
ReplyDeletesebagai ikon kuliner dieng...mi ongklok wajib diicipi...
Deleteselalu suka dengan hasil alam indoensia, tp jujur dakuw baru tau carica kaykanya enak dehhh.. moga next bisa kesana deh
ReplyDeleteMeski sudah tiga kali liburan ke Dieng aku belum pernah ngerasain mie ongklok loh Mbak Een. Huhuhu...Lebaran besok kayaknya pengen liburan ke sana lagi. Harus cobain mie ongklok nih.
ReplyDeleteJadi inget dulu habis hanimun di Dieng, pulang2 bawa kentang sama cabe gendot se dus :P kaya habis mudik. Btw dapet cerita dari orang Dieng katanya kalau bibit carica ditanam di luar Dieng jadinya Pepaya loh
ReplyDeleteJadi inget dulu habis hanimun di Dieng, pulang2 bawa kentang sama cabe gendot se dus :P kaya habis mudik. Btw dapet cerita dari orang Dieng katanya kalau bibit carica ditanam di luar Dieng jadinya Pepaya loh
ReplyDeletemie ongkloknya menggugah selera banget ya
ReplyDeleteAkhir Juni rencananya pengin ke Dieng. Jadi nggak sabar nikmatin kuliner di sana. Hehehe :D
ReplyDeleteJadi kangen ke Dieng lagi. Mi Ongklok enak. Dimakan pas udara lagi dingin dinginnya.
ReplyDeleteDulu pernah main ke rumah teman di Wonosobo dan diajak makan mie ongklok. Enak deh.
ReplyDeleteBuahahaha.
ReplyDeletePurwaceng ini emang sudah jadi legenda
Sudah terkenal dari dulu :)
Kuliner indonesia tuh selalu ada sejarah asal usul sama filosifinya. Bukan cuma nikmat. Keren tulisannya...
ReplyDelete