Review

Monday, April 30, 2018

Pemandian Air Panas Guci, Slawi, Cuman Pengen Selfie

Hari Kedua. 
Baca juga; Wisata Kuliner Kota Tegal
Minggu, 15 Januari 2017, setahun yang lalu.


"Maaa, yuk berangkat."
Aihhh, baru  Mama selesai sholat subuh, minum kopi juga belum, komandan sudah ngajak pergi.

Mobil rental yang kami pesan sudah menunggu.
Pagi bener...eh, masih subuh.
Sigap kami bersiap, langsung cek out guest House.
Hari ini ke destinasi wisata;
Pemandian air panas  Guci, Slawi.


Lelaki paruh baya, berkulit legam, memperkenalkan diri, namanya  Pak Sutrisno.
Beliau mempersilahkan  masuk ke Mobil Avanza hitam.
Rental mobil, supir dan bensin untuk seharian sebesar Rp 500.000,- kami pesan via aplikasi.

Pak Sutrisno meminta maaf karena datang terlalu pagi, katanya, kalau weekend suka macet naik ke Guci. Ya wislah, berangkattt.

Sepanjang jalan Pak Sutrisno bercerita, sebenarnya nggak harus rental mobil,  bisa kok naik angkutan umum dengan cara ngeteng. 

Dari Terminal kota Tegal, lanjut perjalanan sekitar 30-40 menit dengan transportasi umum ke desa Tuwel.
Dari Desa Tuwel naik lagi menuju lokasi sekitar 30 menit dengan kendaraan terbuka.
Walahhh, ngetengnya panjang bener, karena waktu piknik mepet, kalo kami naik kendaraan umum bakalan nggak kekejar jadwal kereta api sore hari, jadi lebih praktis, rental mobil saja.

Mobil melaju pelan, sebelum ke Slawi, keliling kota Tegal dulu, kemarin nggak sempat karena kota Tegal 
hujan melulu. Alhamdulilah pagi ini malah cerah sekali. 


PAI Tegal ketik matahari mulai menyapa
Belok ke arah sebelah kanan Guest house, saya baru tau, jarak Pantai Alam Indah Tegal deket banget.
Matahari belum muncul, masih terlalu pagi, kami menanti sebentar.
Pantai Alam Indah kurang terawat. Beberapa warung dadakan dibuat dengan atap terpal seadanya.

Bau amis remis menjadi aroma khas laut Tegal bercampur sampah.


Teh Poci Slawi
Memasuki kota Slawi lebih kurang 40 km dari Tegal, udara kota Slawi agak berbeda, sejukkkk.
Kota ini terkenal dengan teh poci Slawi.

Tak lengkap, kalo tak menyeruput teh Slawi. Teh tubruk ditaruh di teko tanah liat, air mendidih menyeruak menyatukan gula batu dan teh. Rasanya luar biasa.

Sebagai ikon kota Slawi, di tengah bundaran,  dibangun tugu teko teh poci Slawi.

Embun masih  tersisa sehabis subuh, aura religi, terasa sepanjang jalan Slawi.
Ada pengajian di masjid bada' subuh, yang menakjubkan, jamaah masjid luber keluar, dan duduk di sepanjang toko. 

Masya Allah, semangat ukhuwah Islami warga Slawi, menyejuk hati yang memandangnya. Shalawat berkumandang keras dari toa mengiringi perjalanan kami. Barakaalah...

Dari Slawi masih 30 km menuju lokasi sumber panas Guci. Kami sampai di lereng gunung Slamet bagian utara, Desa Tuwel.

Mobil naik  sampai ketinggian 1.050 Mdpl dan berputar menuju Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal.
Deretan mobil pick up yang di belakang diubah menjadi tempat duduk berhadap-hadapan, dan di tepian dipasang besi untuk berpegangan. Oh ini transportasi untuk naik ke Guci yang diceritakan Pak Sutrisno.

Jalan menuju Guci agak berkelok-kelok, makanya nyupir harus lebih hati-hati, bikin deg-degan penumpang. Sekalipun jalannya begini, hati senang karena pemandangan hijau khas pegunungan menyejukkan mata dan jiwa.


Mobil melintas semakin pelan, udara khas pengunungan menyusup masuk saat saya membuka jendela.
Seraut senyum wanita berbaju tebal, wajah polos dan ramah.
Kain panjang diputar tergelung di kepala, di belakang punggungnya, mengendong karung berisi sayuran.
Pegunungan dengan udara sejuk, tananam tumbuh subur disini...Masya Allah, sepagi ini sudah memanen hasil bumi.

Sebelum memasuki pintu gerbang, di lereng bukit tertulis huruf-huruf besar 
"Taman Wisata Air Panas Guci"
Seneng banget sudah sampai lokasi wisata, karena masih pagi, dengan mudah kami mendapat areal parkiran, coba kalo siangan sedikit, pastiii cari parkiran susah, jauh dan jalan macet.

Tiket masuk ke pemandian air panas relatif murah, cuman Rp 5.000 di hari biasa, untuk weekend hanya membayar Rp. 7.000,-
Abaikan muka bantal, pokoknya sampai destinasi Pemandian Air Panas Guci
Ketemu lagi

"Buuuu, ketemu lagi." 

Suara yang saya kenal di kereta. Spontan saya mengikuti arah suara, yaaa bener...senyum lebar si ibu, rombongan piknik dari Jakarta.
Dunia selebar daun kelor, ketemu lagi..ketemu lagi.


"Di sini buu, buat salin bajunya."
Hah, ruang salin atau bilas, antri puanjangg sekali.
Namun antusias untuk mandi tak memperdulikan berapa lama menunggu, semangat mandiiii!!!!
Konon, air panas ini berkhasiat untuk  menyembuhan penyakit kulit dan reumatik.

Melihat saya menjauh dari antrian, si Ibu malah berteriak nyaring dialek Betawi ketal banget,
"Ibuuuuuu, kaga mandiii? yaaaa sayang banget, jauh-jauh dimari, kaga mandi. Pan katanya bisa obat awet mude, Bu."


Kagaaaa...ogah, gue udah awet muda, saya menyahut ditimpali si ibu,"Yeee ibu bisa aje."
Yaa kalo mau jujur, saya paling males basah-basahan, dan ngapain atuh saya ke kolam, asli saya takut air karena nggak bisa berenang. 
Ya sudah berdiri di pinggir kolam saja, nasib.
.
Sambil berjalan pelan, Pak Sutrisno mengikuti dari belakang sambil menjawab setiap pertanyaan saya.

Kenapa namanya Guci?

Alkisah dahulu ada seorang Sunan, salah satu dari Wali Songgo menancapkan tongkatnya ke tanah dan membawa air panas di dalam guci, atas izin Allah, keluarlah air panas, dan sumber air panas ini dipercaya turun temurun bisa membawa berkah. 
Tak heran setiap Jumat Kliwon, pemandian air panas Guci ramai dikunjungi untuk mandi sekitar jam 12 malam dan memohon sesuatu hingga permohonan dikabulkan. Masyakat sekitar menyebutnya Ngalap berkah.

Saya manggut-manggut, mitos, percaya atau tidak, terserah anda.
Bagi saya, sukses itu tergantung diri sendiri, bekerja keras dan memohon kepada Allah.
Taman wisata air panas Guci, sudah ada sejak 1974, mulanya hanya warga setempat saja yang memanfaatkan keberadaanpancuran air panas.
Setelah dilakukan penelitian, sumber mata air ini aman, barulah tahun 2015 dibuka untuk umum.

"Hati-hati, Bu," Pak Sutrisno sigap menangkap saya, hampirrr kepeleset. 
Ramainya pengunjung, mengharuskan kita untuk jalan berhati-hati, licinn.
Lama-lama saya risih juga, entar ini guide tour dikira laki gue.
Juga rasa nggak bebas dibuntutin paparazi, akhirnya saya suruh Pak Sutrisno untuk ngopi dan menunggu di mobil.

Selfie



Hp dimana-mana, tongsis ciss...selfie, welfie


Hikmat memperhatikan anak saya yang memang datang cuman pengen selfie. Beda dengan saya, yang suka wisata sejarah, jadi saya lebih antusias mendengan cerita muasal tempat yang saya kunjungi.
Selfie memang mewabah denga semakin ramainya media sosial, share foto dimana mana.
Senyum puas diwajah si gadis, dia nggak sendirian, banyak pengunjung yang sibuk pula berselfie...jaman now, nggak sah sebelum selfie.

"Maaa, aneh deh, disini dinginn, disana panas."
Kata Ica, air terjun berada di tengah kolam, airnya dingin, tapi dua langkah kesamping, ada kolam dengan deretan air kucuran, airnya hangat. Terlihat dari uapnya di udara.

Terdapat 10 air terjun, pancuran 5, pancuran 7 dan pancuran 13 di Pemandian air panas Guci.
Dinamakan pancuran 5, 7 dan 13, karena sesuai banyaknya pancuran.
Di Pancuran 13, pengunjung ramai berendam sambil memohon keberkahan.
Pancuran 13
Kata Saya
Kolam pemandian air hangat yang dikelola Pemda setempat emang standar banget keadaannya, ruang ganti, bilas dan MCK (bau semriwing amonia semerbak sampai keluar toilet) seadanya banget...suer, semoga menjadi bahan masukan pengelola Pemandian air panas Slawi.
Beda dengan fasilitas dikelola orang  pribadi atau swasta. Kolam-kolam air panas  berada di lingkungan hotel, vila, losmen atau home stay. Pelayanan dan kolamnya sangat bagus, lokasinya tertutup.
Kata terakhir saya...ya namanya murah meriah, bagi kami, cukuplah disini, niatnya cuman buat selfie...semangat! semoga ke depan lebih bagus lagi.

Puas  si gadis foto-foto, yang gayanya jatuh bangun aduhe betul, saya suruh segera salin. Baju basah masukin ke kantong plastik yang sudah saya bawa dari guest house. Bagi yang nggak bawa kantong plastik, di sini banyak penjual tas daur ulang dari karung plastik. Tersedia juga sewa tikar untuk duduk-duduk, sekalian jagain barang.
Nggak ada loker khusus untuk barang bawaan, jadi soal keamanan dan kehilangan ditanggung sendiri.
.
Satu jalan lurus, pertokoan saling berhadapan.

Pemandang hutan pinus , Mama juga selfie
Seperti tempat wisata lainnya, deretan pertokoaan tempat  penjual souvenir, dan oleh-oleh kuliner, khususnya manisan pepaya, warna merah, kuning dan hijau mengoda selera.
Kepulan jagung bakar dan kopi pun dijual di sepanjang jalan. Saya tak tau berapa harga segelasnya,  males banget minum kopi.
Untuk yang mau berkeliling tempat wisata ini, tersedia sewa kuda dengan harga saya nggak tau berapa. Yang pasti, aman kok, sampeyan naik kuda, jokinya menuntut di samping kuda.
.
Selain pemandian air hangat, terdapat juga areal olah raga; lapangan sepak bola, lapangan tenis, camping ground dan wisata hutan pinus

Waktu masih panjang, bersusah payah saya mendaki bukit melewati jembatan, terlihat keindahan hutan pohon pinus dari ketinggian. Angin segar menerpa wajah kedinginan, Guci memang sejuk.
.

Tengah hari sebelum dzuhur kami sudah tiba kembali ke bundaran kota Slawi. Sengaja dari awal, saya berniat sholat di masjid Agung Kabupaten Tegal.

Ketemu lagi
Tepat jam 3 kami tiba di stasiun Tegal. Memasuki 
peron, baru saya duduk.
"Ibuuuuu..."
Ya Salaam, ketemu lagiii.
Indahnya hidup di Indonesia.
Baru jumpa rasa sudah berabad kenal.
rasa sudah menjadi saudara.

Sampai jumpa pada jalan-jalan selanjutnya.

Salam Manis dari yang sudah manis
-Een Endah-
































16 comments:

  1. semoga kalo berkesempatan ke Tegal bisa mampir ke sini juga

    ReplyDelete
  2. punya pengalaman yang lucu saat ke guci

    ReplyDelete
  3. punya pengalaman yang lucu saat ke guci

    ReplyDelete
  4. Menarik sekali image gucinya itu...thanks for sharing ya mbak...

    ReplyDelete
  5. Iya. Saya jg pengennya tempat2 wisata itubdikelola sama swasta aja. Tempat wisata kalau dikelola swasta jadi lebih bagus, ya meskipun tiket masuknya pasti jadi lebih mahal sih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar sekali. semoga tulisan ini menjadi saran buat pengelola utk lebih bagus lagi

      Delete
  6. Mba Een yang manis, aku baru tahu sejarah Guci dari artikel ini, makasih ya. Itinerarynya mau aku contek, dari dulu aku mau ke Tegal belum jadi juga. Baca ini jadi membuatku harus ke Tegal lagi hehehhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. hayukkk wisata ke Teal. akan banyak cerita di sana

      Delete
  7. Lama banget ga main ke Guci. Rame terus deh rasanya tempat itu. Jalan-jalan ke Slawi, jangan lupa beli tahu aci

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa...ruameee. apalagi sejak media sosial menviralkan guci. banyak yg datang kemari

      Delete
  8. Unlike me, who loves history tours, so I am more enthusiastic about the story of the place I visited.

    ReplyDelete
  9. With higher resolution, hot water came out, and this hot spring was considered hereditary to bring blessings.

    ReplyDelete
  10. Thanks for a wonderful share. Your article has proved your hard work and experience you have got in this field. Brilliant .I love it reading. net worth

    ReplyDelete