Review

Wednesday, November 9, 2016

Ealahhh, Ternyata Namanya Caraisi



Kenangan di Manado

Pesawat sebentar lagi akan mendarat. Saya tertekun tiada henti memandang panorama tanah Sulawesi Utara dari atas udara. Garis pantai berwarna menawan. Gradasi biru berganti hijau menghias bibir sepanjang pulau, Masya Allah, indah sekali. Perjalanan selama dua jam penerbangan terbayar lunas. 


Senyum manis, Ninit, sahabat saya menyambut di bandara Sam Ratulangi. Sebenarnya, dia tetangga saya di perumahan Bogor, kebetulan ibundanya Ninit, tau saya akan bepergian ke Manado. Kemudian beliau menitipkan oleh-oleh buat anak dan cucu yang lama bermukim di Manado.

Memasuki wilayah Manado, lagi-lagi saya berdecak kagum dengan jalan raya berlapis aspal pekat dan bersih sekali. Lambaian daun kelapa di kiri kanan jalan, bagai sambutan yang luar biasa. 

Kita ketahui, Manado juga terkenal menghasil kopra atau daging kelapa yang dikeringkan, tak heran banyak saya lihat di depan rumah tikar dihampar untuk menjemur kopra. Dalam hati saya merasa bersyukur bisa berkunjung, perjalanan yang tak akan terlupakan bagi saya. 


Duduk di samping Ninit, suara sahabat saya mendayu bagai irama radio menerangkan berbagai tempat yang kami lewati, mangut-mangut terkagum-kagum. 

Sebelum tiba di hotel kami singgah di warung nasi kuning Saroja.Tempatnya kecil dan sederhana, namun warung ini sangat terkenal di Manado.

Memasuki warung ini, tiba-tiba serasa berada di Banjarmasin Kalimantan Selatan. 

Warung ini mirip seperti di Banjarmasin karena ornamennya sangat Islami, dindingnya berhias gambar Kabah dari kain bludru (ini dulu ya, nggak tau sekarang apa masih ada hiasan itu).
Melihat ornamen itu, langsung saya lega karena itu juga berfungsi sebagai penanda pemiliknya Muslim, makanan di jamin halal. 

Pemiliknya pun seperti kebanyakan orang Melayu Banjar dan Bugis, biasanya perempuan berhaji, memakai bolang, topi bundar terbuat dari kain  yang berbentuk kecil. Bolang memiliki ornamen manik kelap kelip rame banget atau hiasan sulam benang berbentuk bunga. 
Dahulu, nenek saya, juga mempergunakan bolang. Rambut di belah tengah di bagi menjadi dua, kiri dan kanan. Rambut panjang itu akan dililit dengan kain kemudian keduanya disatukan ke tengah, dililitkan dikepala, agar bolang kain kuat, dikasih  jarum pentul. Sekarang lebih praktis, bolang sudah dibentuk topi, rambut di dahinya agak terlihat, khas wanita melayu yang sudah berangkat haji, kalo ingin berpergian, bolang tinggal di tutup kerudung...waaa, ceritanya mulai ngelantur, tapi ini yang saya lihat , memasuki warung milik Muslim, mirip dengan yang ada di Kalimantan.

Aroma nasi kuningnya wangi sekali, warna kuningnya bagus dan mengkilap, isian berupa telur rebus, bisa diganti dengan lauk lain, ayam, yang membedakan dan menjadi ke khasannya adalah suwiran ikan cakalang fufu, pedas dan manis. 
Nasi kuning Saroja  (Sumber: telusurIndonesia.com)
Tak jauh beda dengan di kalimantan, tempat asal saya, kuliner nasi kuning Manado juga di dominasi olahan ikan laut (cakalang fufu), bedanya di Kalimantan olahan ikan berasal dari ikan air tawar Sungai (gabus/haruan)...sama-sama ikan.
Satu yang khas dari nasi kuning ini, adalah, cara membungkus nasi kuning yang terbuat dari daun lontar, unik sekali, katanya daun lontar membuat nasi menjadi lebih wangi.

Saya ingat betul, rasa sambal nasi kuningnya, pedass banget. Orang Manado terkenal pula pencinta pedas tak terkira, kalo harga cabe melambung tinggi macam sekarang, sedih-sedih banget deh. Apalah arti makan tanpa cabe, begitu kata mereka.

Kue enak, nggak tau namanya.

Sambil menunggu urusan hotel selesai, satu hal yang tak bisa saya lupakan, kue kecil yang rasanya asin, kalau digigit tengahnya berasa gurih pedas. Saya tanya apa isian kue ini, ealah...ikan asap, isian kue terbuat dari suwiran cakalang fufu yang ditumis pedas, enak sekali. Sayang tak sempat di foto. 
Saya juga nggak sempat bertanya, apa nama kue yang saya makan itu, apa kuliner asli Manado? mau nanya resepnya, nggak sempat karena waktu saya mepet sekali.

Seingat saya Manado indentik dengan cakalang Fufu, kue asin yang sama makan itu juga isiannya dari cakalang fufu, enakkkk sekali.

Sekilas tentang cakalang fufu, merupakan salah satu jenis bahan kuliner laut yang sering dijumpai sekaligus keharusan untuk dibawa sebagai oleh-oleh, cakalang fufu. Bentuknya yang besar, dibuat lebar di sisi kiri dan kanan diberi bambu kemudian dilakukan proses pengasapan. Rasanya khas, warnanya coklat terang, cakalang fufu bisa dimasak apa saja, beradaptasi di lidah siapa saja menjadi sajian hidangan istimewa. 

Cerita nan panjang tadi, berliuk-liuk, kesana kemari adalah kenangan saya saat berkunjung ke Manado tahun 2008. 

Aah... tak terasa sudah 8 tahun berlalu. Saat itu saya belum menjadi blogger. Jadi...tak sempat bertanya ini itu, tak sempat foto-foto kuliner, dan tempat yang saya kunjungi. Benar-benar banyak moment yang terlewatkan. Ada sih foto, asal-asalan, hehehe...wajah cape karena cuman dua hari di manado, benar-benar waktu tak cukup untuk menjelajah kuliner di Manado.
Wajah cape tapi senang, wisata Bukit Kasih Manado

Sampai saat ini saya penasaran, kue apa yang saya makan dulu. Apa namanya? rasanya gurih beraroma khas.

Penasaran....
Dhilalah, kok kebenaran sekali, setiap hari Rabu, seksi pendidikan RW 06 kelurahan pasir Mulya tempat saya tinggal selalu mengadakan praktek ketrampilan memasak.klik sini

Rabu ini diadakan praktek membuat kue Lumpur asin isi tongkol atau Caraisi
Saya jadi penasaran, jarang-jarang kue lumpur rasanya asin. Setelah di informasikan bahwa resep lumpur asin ini berasal dari Sulawesi. Semangatlah saya, mungkin ini kue asin yang saya makan 8 tahun dulu.



Caraisi, sebenarnya mengunakan suwiran cakalang fufu,  karena cakalang fufu susah ditemukan di pasar Bogor, ikan laut cakalang fufu diganti dengan ikan pindang tongkol yang ada aja. Ikan tongkol dan cakalang itu beda tapi masih bersaudara, namun rasa daging ikannya tak jauh beda, tetep deh dijamin....ajib. 

Lumpur isi atau cara isi sebenarnya kuliner khas Gorontalo. Ketika Gorontaro masih menjadi bagian Sulawesi Utara, hingga kuliner ini sangat akrab  di masyarakat Manado. 


Praktek membuat lumpur asin di mulai dari jam 09 hingga selesai. Sambil mengobrol, kue caraisi cocok buat penyandang diabetes atau yang sedang diet manis. 
Praktek membuat Caraisi

Kue ini dipraktekan langsung dari orang asli Gorontalo, ibu Atty Poernama Hulinggi, ibu salah satu personil dari grup, Bondan feat 2 black. Hampir sejam menunggu, kue Caraisi pun jadi, setelah saya gigit, nikmati...ealahhh, ternyata kue yang membuat penasaran saya itu, namanya Caraisi, yaaa ini dia, enak, gurih, pedas, nampol banget deh di lidah.


Untuk yang ingin memcoba Caraisi, saya sertakan resep dan cara membuatnya. Untuk kesempatan ini saya belum praktekin secara pribadi, maklumlah, lagi sibuk eikehh...*gaya bener...


Resep Caraisi

Bahan

500 gram tepung terigu 
4 butir telur 
100 grm gula pasir atau sesuai selera 
50 gr susu bubuk 
1 sdt garam 
1,5 lt santan kelapa( dari 1 butir kelapa)

Bahan isian
1/4 kg ikan tongkol pindang di suwir-suwir 
2 siung bawang putih 
4 siung bawang merah 
3 cabe jablay
1 sdt merica bubuk 
1/2 sdt ketumbar. penyedap rasa secukupnya.
1 btg daun bawang iris tipis
Irisan Seledri, cabe merah untuk pelengkap.

Cara membuat

Kocok lepas telur, gula pasir ,garam sampai tercampur rata.
Masukkan tepung terigu bergantian dengan santan. Larutkan susu dgn air,masukkan kedalam adonan, kekentalannya di kira-kira.


Bahan isi: 

Ulek halus bawang putih, bawang merah, cabe dan garam.
Panaskan wajan dengan 3 sendok makan minyak goreng, tumis bumbu halus,masukkan daun bawang dan tongkol suwir, masak sampai kering.
Masukkan merica, ketumbar dan penyedap rasa, koreksi rasanya. Angkat sisihkan. 


Siapkan cetakan lumpur, panaskan, masukkan adonan, masak sebentar, kemudian beri 1/2 sdm tongkol suwir, hiasi dgn cabe iris dan saledri.

Tutup sampai kue lumpur asin matang.

Waaa....saya lega nih nggak penasaran lagi dengan kue Caraisi. Yang penasaran rasanya, silahkan mencoba ya.(en)











12 comments:

  1. Aduuuh suka ssekali kue lumpurr <3 yang ini kayaknya rasanya beda yaa patut dicobaa niih :)) *lempar kesini*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gurih pedas, enak banget, bagus juga buat anak-anak, supaya suka dengan olah ikan, supaya tambah pinterrr. Salam dari Bogor Mbak Qiqi

      Delete
  2. wah kalau di sidoarjo kue lumpurnya ga ada isi ikan2nya gitu mbak, btw sepertinya lebih nikmat itu deh asin-asin gimana gt jadinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di kota Malang ada kue lumpur seperti ini. Tapi ga pake ikan. Cara isi dikenal masyarakat di manado, gorontalo dn Maluku. Rasanya lebih gurih.mirip takoyaki org Jepang, isian ikan

      Delete
  3. Saya rasanya pernah lihat deh kue itu. Kue lumpur yang tengahnya ada irisan cabe merah gitu ya. Tapi sepertinya belum pernah nyicip. Lihat doang tapi juga lupa di mana :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di JAwa timur. Saya pernah tinggal di malamg, bedanya caraisi memakai ikan.

      Delete
  4. Jadi namanya caraisin, Noted. Saya sering makan kue lumpur rasa asin ini dan baru sekarang tahu namanya. Dan memang suka dengan rasanya yang ada gurih-gurih gitu, Mbak Een :(

    ReplyDelete
  5. Kayanya enak banget ya mba, tuh bentuknya aja udah ngundang selera

    ReplyDelete
  6. Kapan-kapan cobain ah, ini enak deh pasti

    salam
    gabrilla

    ReplyDelete
  7. Baru tau namanya, dan alhamdulillah ada resepnya. Terimakasih Mbak..:)

    ReplyDelete