Review

Friday, October 14, 2016

Balakatineung di Buang Sayang

"Maaaa, ini ada yang ngirim." 
Dua rantang ditaruh di meja dapur belakang rumah. Sudah kebiasaan di kampung, orang yang datang kerumah, apa mau ngasih sesuatu atau apa kek, nyelonong ke dapur di belakang. Lucunya, kalau nggak ada orang rumah, kiriman makanan itu di tinggal begitu saja. Otomatis kan jadi bingung, sapa yang ngirim, ujung-ujung nanti tanya sana sini ke tetanga. Yang unik, kalau saya dikirim makanan, biasanya saya cuci dan keringkan baru dikembalikan, di kampung saya, karena pengirim menunggu rantangnya selalu bilang,"nggak usah dicuci,Bu."
Yasudahlah, kembalikan langsung.

Di desa Cikalahang, Mama saya dianggap sepuh dan cukup populer di kalangan ibu-ibu, khususnya di Majelis Taqlim.
Secara begitu, tak heran, saban hari ada aja yang nganterin rantang isi makanan. Apalagi musim hajatan bulan-bulan ini, pernikahan, sunatan atau tahlil bahkan acara milad.
Ada saja kiriman, rantang tiga susun di atas meja. 

Rantang almuniun susun tiga dekorasi bunga, khas banget. Bagian terbawah rantang berisi nasi penuh, susun yang ke dua berisi sambal goreng kentang. Kayanya nggak sah deh kalo hajatan nggak ada sambel goreng kentang, sekalipun harga kentang mahal, tetap aja menu ini ada. 

Bagian teratas, ini juga termasuk menu favorit murah meriah, sambel goreng kareh tahu.
Tahu di potong segitiga, sebelum digoreng, tahu di kukus dulu di seeng agar tahan lama. Barulah digoreng. Bumbunya sederhana, bumbu halus bawang putih, merah sedikit kemiri, ditumis ditambah  irisan cabe ijo diberi santan sedikit. Rasanya nendang banget deh. 

Masakan lain yang nggak ketinggalan, mie laksa cabe ijo,
Kadang  ada juga rantang berisi empal gentong. Kalau belum tau apa itu empang gentong khas Cirebon, ini cerita tentang Empal Gentong

Sehari kadang ada dua rantang, dipikir nikmat banget hidup di desa, sesama warga salung mengirim. Kalo beginu jadinya,lama-llama di desa, bisa-bisa saya makin melebar, makannn melulu, bye-bye diet deuh.
Dengan melimpahnya kiriman makanan, kadang nggak langsung habis. Supaya nggak basi, masing-masing makanan dipanasi. Kalo masih ada sisa, cara praktis, dibuang sayang, semua makanan dijadikan satu di wajan, dipanasin sampai kering, sambal goreng kentang, tahu kareh, laksa...semua dibrukkan, aduk jadi satu sampai meresap bumbu satu sama lain.
Dipikir, kalo sudah masuk perut semua juga jadi satu, apa bedanya.
Makanan dibuang sayang ini seharus sudah menjadi sampah tapi diolah kembali, jadilah balakatineung.
Dalam bahasa sunda, bala itu runtah atau sampah, ka tineung, di sayang. Jadilah artinya balakatiueng: sampah dibuang sayang.
Memang, tak seharusnya kita membuang makanan, mungkin pada makanan teramhir itu. Keberkahan dari Allah.
Nah...sudah taukan. Apa itu balakatiueng.

9 comments:

  1. Ohhh bala itu sampah ya artinya... salam buat ibunda tercinta ya mba een

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar mbakk...seperti.juga gorengan, bala bala.

      Delete
    2. Benar mbakk...seperti.juga gorengan, bala bala.

      Delete
  2. Wah.. kekeluargaan sekali daerahnya, Mba

    ReplyDelete
  3. Ini yang namanya guyub rukun lewat makanan hehehe

    ReplyDelete