Review

Monday, March 14, 2016

Tugu Kota Palangka Raya yang Semakin Cantik

Nyaris deh, Tugu kota Palangka Raya kelewatan, keasikkan ngegas motor, hampir saja kebablasan, jarak pandang saya juga terhalang kacamata helm yang saya pakai, ketutupan tetesan air hujan.

Sebenernya sih, kepaksa banget jalan-jalan berhujan-hujan begini. Habis kapan lagi saya bisa pulang kampung macam ini. Waktu berkunjung ke Palangka Raya tinggal dua hari,  sudah mepet dan banyak acara. Ya beginilah, biarpun hujan, ya jalan terus. Ada beberapa teman yang berbaik hati menawarkan untuk mengantar dengan mobilnya.Bukannya menolak, tapi takut merepotkan, lebih nyaman naik motor sendiri eh! pinjaman ding, bebas kemana suka.
Tugu Kota Palangka Raya di tengah rinai hujan
Hujan sebentar deras, kemudian gerimis, berganti deras lagi, bertanda bakal awet nih hujan sepanjang hari. Saya berhenti sebentar di pinggir jalan, memastikan ini yang saya cari. Setelah yakin, barulah motor  saya parkir, masih memakai jas hujan, saya langsung mengabadikan Tugu cikal bakal kota Palangka Raya. 
Maunya sih foto diri berlatar belakang tugu, tapi nggak ada yang dimintai tolong. Heudeh, baru sadar, ada repotnya juga, kalau jalan-jalan sendirian. Tapi ya sudahlah, mana ada orang hujan-hujan datang ke taman kota, kecuali saya.
Suasana sepi blas, cuman saya sendiri. Katanya sepupu saya, kalau sore, di sini ramai sekali, banyak yang jual jajanan dan minuman.


Tugu Kota Palangka Raya bikin pangling

Kenapa saya tadi berhenti sebentar memastikan, betul atau tidak ini tugu kota Palangka Raya.
Kenapa coba? habis bikin pangling.
Kini bikin pangling
Saya hanya mengenal tugu ini sebagai Tugu Kota Palangka Raya, sekarang dikenal dengan nama; Monumen Tugu Soekarno.
Terletak di tepi jalan raya, S.Parman.
Sejak saya kecil hingga hijrah ke Bogor tahun 1998, monumen ini hanya sebuah tugu kecil. Keberadaannya pun  luput dari perhatian warga, tugu kecil yang berdiri sendiri.

Kini saya malah kaget, banyak sekali perubahannya. Semenjak dipugar September tahun 2015, tugu Kota Palangka Raya tampak luas, megah dan cantik dikelilingi taman yang terawat.
Di puncak tugu terdapat bentuk tungku api, sebagai tanda semangat mempertahankan kemerdekaan dan terus membangun, api yang terus menyala, maju pantang mundur sesuai semboyan Palangka Raya, Isen Mulang.

Tugu berhias 17 pilar besar seperti tombak terletak di sayap kiri dan kanan monemun utama. Pemandangan di belakangnya, ada sebuah dermaga menuju sungai Kahayan, sayangnya, karena hujan semakin deras, nggak bisa saya foto, takut tergelincir.

Tugu kota Palangka Raya berseberangan jalan dengan bangunan gedung DPRD Provinsi Kalimantan Tengah yang berdiri megah.
Disisi sebelah kanan tugu, dibangun Patung besar Presiden RI pertama, Bapak Dr. Ir. Soekarno. 
Tangan kanannya menunjuk ke arah monumen tugu kota Palangka Raya Beliaulah yang merancang dan meletakkan tiang peresmian berdirinya Palangka Raya, 17 Juli 1957. Hingga monumen ini di kenal sebagai Monumen Tugu Soekarno.

Melihat sejarahnya, kota ini dibangun dari hutan belantara yang dibuka melalui Ds. Pahandut di tepi Sungai Kahayan. Proses terbentuknya Provinsi Kalimantan Tengah melalui jalan panjang hingga mencapai puncaknya tanggal 23 Mei 1957, Sejak itu Provinsi Kalimantan Tengah menjadi daerah otonom sekaligus hari jadi Kalimantan Tengah. Awalnya, ibukota Kalimantan Tengah adalah Pahandut, kemudian berganti nama menjadi Palangka Raja (1957 hingga 1972) kemudian berganti lagi Palangka Raya hingga kini

Memandang patung besar Pendiri Negara Indonesia, sungguh besar jasanya untuk negara tercinta ini, khususnya kota Palangka Raya Semenjak diresmikan kota Palangka Raya, sudah sejak era  Presiden Soekarno hingga era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kota Palangka Raya di rencanakan sebagai ibukota Indonesia.

Wacana kepindahan ibu kota Jakarta ke Palangka di dukung berbagai faktor pendukung. 
Kota Palangka Raya miliki wilayah terluas di Indonesia. 

Tata kota dan bangunan sangat rapi dan teratur. 
Ini benaran, loh! sebagai orang yang lahir, besar dan kemudian pindah ke kota lain, serta berkunjung ke berbagai kota di Indonesia, saya acungin jempol untuk tata kota Palangka Raya. Nomor satu di Indonesia.
Rumah-rumah yang dibangun sangat teratur, nggak berdempetan dengan adanya larangan membangun di sepanjang sungai Kahayan. Jalan-jalan kota yang lebar, lurus dan beraspal licin. Nama-nama jalannya pun per wilayah, nama jalan pulau-pulau di Indonesia, Sumatra, Sulawesi, Halmahera berada di dekat wilayah pasar besar. Nama-nama pahlawan untuk jalan kota, nama-nama Gunung, burung, ikan, bunga permata memiliki wilayah tertentu.

Kota Palangka Raya juga bebas bencana alam, tidak ada gempa, tanah longsor dan banjir. Dijamin aman. Hanya ada yang unik di sini, Palangka Raya sejak 23 tahun terakhir memiliki tiga musim: hujan, kemarau dan asap...hihihi, musim asap selalu datang tiap awal Oktober, asap di akibatkan banyak pembakaran lahan hutan...Mudah-mudahan tahun ini, bebas asap.

Kota Palangka Raya  dijuluki Kota CANTIK, kependekan dari Terencana, Aman, Nyaman, Tertib, Indah dan Keterbukaan, sejak 6 tahun terakhir, kembali ramai dibicarakan untuk memindahkan ibukota Jakarta ke Palangka Raya.
Jakarta sudah sangat padat, macet, polusi dan sering banjir, ya bisa saja suatu saat, wacana ini terwujud. Sapa tau, Jepang saja, bisa memindahkan ibukotanya dari Kyoto ke Tokyo.

Balada motor pinjaman.

Puas melihat tugu cikal bakal Kota Palangka Raya, saya kembali melanjutkan menelusuri jalan-jalan di dalam kota. Agak sedikit gugup juga naik motor pinjaman sepupu, karena jalan raya yang lurus, bebas macet, itu sebabnya, rata-rata pengendara motor melaju dengan kencang, ngebut semua. Saya yang terbiasa di jalan Bogor yang selalu macet dan suka berjalan lambat, naik motor di sini bikin hati kecut, gugup takut ketabrak.

Lagi-lagi, gara-gara motor pinjaman. Lihat speedometer motor mulai berkurang, bensin kudu diisi, nih.
Cilakaknya, baru sadar saya nggak bisa membuka tempat bensinnya. Habis motor merk terbaru sih.
Langsung saya stop di tempat penjualan bensin di pinggir jalan.
"Oh, Cil. Kawalah pian membuka dudukan wadah bensin?" tanya saya dalam bahasa Banjar. Oh, Tante, bisakah anda membuka tempat bensin.
Wajahnya yang datar menjawab spontan, bikin saya shock
"Aku gin kada kawa naik mutur, kiyapa mambukanya."
Yaaaa...Nggak bisa buka juga si Acil. tenyata, dia nggak bisa naik motor...*Terus apa hubungannya tutup bensin dengan naik motor ya. 
Bergeser ke tempat jualan bensin disebelahnya, lagi-lagi minta tolong, ketahuan bener kendaraan pinjaman. Untunglah, si Bapak bisa membuka tempat bensin.Daripada mogok dijalan, saya isi bensil full, sampe bensinnya meluber kepenuhan.

Starter motor, tancap gas, langsung menuju jalan Halmahera  pasar besar untuk cari  oleh-oleh buat pulang ke Bogor.

Lagi-lagi dibikin keder gara-gara kendaraan pinjaman. Waktu saya balik ke parkir....Alahmakkk, mana motornya? lupa naruhnya, lupa pula plat nomornya.
Hadeuhhh...Hari yang sungguh oohhhhh...*keselip dimanaaaa STNK-nya*
Bikin keringat dingin aja.




7 comments:

  1. Minggu depan insyaAllah tugas ke Palangkaraya teh...
    Meski jadwal padat tp pingin sih mumpung di sana ke spot2 yg bagus.
    Tp yg dalam kota aja teh krn paling sore selesai acara.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ke sini aja Tugu Palangka Raya, trus ke pusat oleh=oleh, juga banyak jajanan dibawah jembatan kahayn, bundaran besar

      Delete
  2. Ow penulisan Palangka Raya itu yg bener dipisah ya? :-)

    ReplyDelete
  3. waktu aku disana, kalo malem bnyk warga ngumpul di sekitar tugu. soalnya ada wifi gratis. asik kann...
    tosss mari kita dukung ibukota negara pindah ke Palangkaraya! Merdeka!

    ReplyDelete
  4. waktu aku disana, kalo malem bnyk warga ngumpul di sekitar tugu. soalnya ada wifi gratis. asik kann...
    tosss mari kita dukung ibukota negara pindah ke Palangkaraya! Merdeka!

    ReplyDelete