Review

Thursday, February 25, 2016

Tips Menginap di Rumah Saudara.

Tips Menginap di tempat saudara ala saya dan cerita seputar beras..*En, apa hubungannya*
Anggap aja ada, ya.

Selama berada di Palangka Raya, saya menginap di rumah adik ibu, Tante, atau dalam bahasa Dayak, dinamakan Mina.
Sebenernya, ini salah satu, tips berwisata murah meriah, ya beginilah, menumpang di rumah saudara atau teman. Paling tidak memangkas biaya hotel...Sudah rahasia umum, biaya hotel mihil, timbang cuman nutup mata sesaat. Dengan menginap di tempat saudara atau teman, uang  bisa dipergunakan keperluan yang lain.

Ada syarat, melancarkan tips ini, jangan main datang terus tidur seenaknya. Emangnya rumah sendiri.
Ada nasehat yang menjadi patokan saya dalam soal inap menginap.

Orang yang mau direpotkan. 
Pasti suatu saat akan diterima merepotkan orang 

Pepatah rada djelimet, lha ini, pepatah saya sendiri yang buat.

Jadi begini.
Kalau kita mau direpotkan dengan kedatangan tamu, pasti suatu saat, saat kita bertandang kerumahnya, dia juga akan mau direpotkan kedatangan kita. Hukum timbal balik.

Jangan takut direpotkan dengan tamu. Tamu adalah raja, jadi, kita harus ikhlas menerima kedatangan saudara atau teman yang menginap di rumah kita. 
Kedatang tamu, tentu kita akan repot untuk beberapa hari, harus menyediakan makanan, berbagi tempat tidur, bangun nggak sesantai biasanya. 
Jujur, memang repot, tapiii, orang yang mau di direpot tamu, suatu saat orang itu(tamu) mau juga di repotkan saat kita berkunjung balik ke rumahnya.

Kebetulan, 8 bulan yang lalu, adik ibu saya memani ibu di Cirebon hampir sebulan, sebelum kembali ke Palangka Raya, Mina  menginap di rumah saya selama tujuh hari di Bogor, saya ya senang aja, jarang-jarang Mina berkunjung, jadi kapan lagi, bisa menginap di rumah.
Eh, kebetulan ada undangan manten ponakan sepupu akhir bulan Februari ini. Langsung saya setuju untuk datang menghadirinya.
Deal! anggap aja traveling...Memang saya butuh piknik.

Trus mikir, saya mau nginap dimana nih?

Setelah saya beritahukan kedatangan saya ke Mina Pancar, beliau langsung menawarkan menginap di rumahnya saja.
Bener kan, orang yang mau direpotkan, imbalannya akan merepotkan orang. Hukum timbal balik yang manis sekali.

Saya memilih menginap di rumah mina saya. Sekalipun banyak juga Mina dan sepupu tinggal di Palangka Raya. Rata-rata, mereka dulu, sewaktu muda ikut tinggal di rumah orang tua saya dan rumah saya. Rumah mereka lebih bagus, tapi kenapaa  ya rasanya, ada rasa yang beda aja. 
Saya suka menginap di Mina Pancar, karena nyaman, sekalipun rumah papannya di berada pinggir parit besar ini, terbilang sangat sederhana.

Deretan rumah kayu yang berdiri di sisa tanah pemerintah di jalan Sam Ratulanggi. Rumah kecil yang dibangun Mina dari hasil kerja keras selama bekerja di perusahaan kayu di hutan. Sekalipun, rumahnya kecil, berdinding papan dan beratap seng, namun, orang di dalamnya, menerima saya dengan senang hati. Hatinya begitu luas, hingga rumah kecil ini menjadi luas pula, dengan keiklasan Mina saya.

Tentunya, menginap di rumah orang, kita juga harus tau diri. Ini bukan hotel atau losmen, tidur, bangun, makan, terus pergi.
Ini rumah saudara, bersikaplah dengan baik. Bantulah pemilik rumah dengan hal-hal kecil, yang bisa kita lakukan, menyapu, mencuci piring, membersihkan tempat tidur, atau ikut meramaikan dapur, memasak atau sekedar memetik sayur. Paling tidak ada aktifitas, melebur dalam kegiatan rumah, seakan kita bagian dari rumah ini.


Cerita seputar menginap tentang ke-nyiyiran saya.

Pengalamanlah yang membuat saya tau diri saat menginap di rumah orang. Sedikit cerita saya, rada nyinyir sih.


Jangan membuat pemilik rumah berdosa
Saya  pernah merasakan, bagaimana tamu bisa membuat saya, pemilik rumah menjadi 'berdosa.'
Sekalipun hak tamu, selama 3 hari untuk di jamu pemilik rumah, tapiii selebihnya, jangan pula membuat pemilik rumah, yang tadinya mendapat berkah, malah berdosa. 

Loh kok bisa? bisa membuat pemilik rumah berdosa.

Banyak saudara yang dari daerah menginap di rumah saya , malah membuat saya pusiiinggg dan gemes. Nginap nggak kira-kira, luamaaa lebih dari seminggu,  trus kerjanya, serasa di hotel. 
Bangun tidur, rada siangan, atau  baru turun ke bawah (di rumah, kamar tidur tamu berasa di loteng), kalau masakan siap saja. Padahal dia perempuan, apa nggak malu, saya sibuk sendiri di dapur.


Gemes juga kan, bukan sekali dua kali, tapi sering...Sampe penasarannya, ngapain aja nih orang di atas? Lalu saya intip dari pintu belakang, sambil jemur pakaian. Maenyak! nonton tive leyeh-leyeh.
Bener-bener mirip hotel, dengan entengnya berkata," Maaflah Mbak sudah merepotkan."
Nggak saya jawab tuh. Sudah tau kelagatnya. Setelah mandi, makan, trus pergi begitu saja.
Inilah, yang dinamakam, tamu yang membuat pemiliknya berdosa. Berdosa karena sebel.
Apa saya yang begitu, ya?

Dari pengalaman itulah, setiap menginap dimanapun, tamu harus tau diri. Sekali wajahnya pemilik rumah tetap ramah, jangan sampai membuatnya berdosa karena kita yang mengiap.

Tips saya, selain membantu aktifitas di rumah, saya suka membeli bahan makanan, hitung-hitung pengalihan biaya akomondasi, inap di hotel.
Menjadi kebiasaan saya untuk membeli bahan makanan. Tidur sudah gratis, masa makan juga gratis, enak banget tapi bikin orang jera nanti.

Beras Banjar dan Dacin
Sore hari, saya sengaja membeli beras Banjar di warung terdekat. Rada kaget juga sekilo beras karang dukuh atau unus siam, sekilo Rp. 15.000,- mahal juga ya. Yang termahal beras Mayang, ada yang sekilo Rp. 17.000,-  
Beras Banjar, bentuknya panjang dan langsing, testurnya agak keras, nggak kompak, berasnya nggak lengket satu dengan yang lain.
Orang Palangka tidak begitu suka dengan beras bertestur lembut dan pulen. Mereka menyebut beras Jawa untuk beras Raja Lele.

Lain lubuk, lain ladang. Lain daerah, lain pula kebiasaannya.


Kalau di Bogor, beli beras pake kaleng literan. Di Palangka Raya, membeli beras dengan kilo-an pakai timbangan dacin itik.
Yang membuat saya miris, saat  melihat timbangan menjual beras.  Anak dacin (anak timbangan atau ukuran pemberat) masih ditaruh di atas timbangannya. 


Banyak penjual sengaja menaruh dacin di timbangan, nggak diturun-turunkan. Itu trik untuk mengurangi berat timbangam, bisa kurang sampai 2 ons. 
Mau untung, malah merugi, itukan dosa bagi pedagang yang mengurangi timbangan.

Penjual beras menaruh anak dacin lima kilo di belakang timbangan, besar amat ngurangnya. Misalnya, beli beras 4 kilo, bukannya mengukur dengan cermat, ini malah, menambah dacin sekilo di tempat beras agar seimbang dengan pemberat dacin 5 kilo. Praktis banget menimbangnya, tapi itu nggak benar.

"Ooo, Cil,  kawalah dacinnya diturunkan dulu" pinta saya.
"Gasan apa, Cil. Kami biasa ja menaruh disitu," jawabnya gusar.
Saya tetep ingin anak dacin diturunkan, terlihat sekali, bibir menarik ke atas, bertanda marah dan dacin nggak diturunkan. Ya sudahlah, dia juga yang merugi diakhirat nanti.
Melihat sikapnya itu, mendadak kesel juga, awalnya mau beli banyak, jadi beli empat kilo aja.
Ini penjual, nggak tau apa, pembeli  itu adalah raja. Dia nggak tau, ulahnya mengurangi rezekinya.
Segera saya bayar belanja saya, niatnya mau beli yang lain, jadi batal.
Bukannya mengucapkan, terima kasih, malah penjual itu diammm saja.
Melihat reaksi tadi, langsung  saya masuk ke warung sebelahnya. Belanja yang lain.

Itulah sedikit cerita dan tips menginap di rumah saudara.
Bersikap baik, aktif membantu kegiatan rumah dan kalo bisa, belilah sayur atau ikan untuk meringankan biaya belanja, aturan sederhana yang bisa dijalankan kita selama menginap di tempat saudara.


Tepuk-tepuk bantal, permisi saya mau tidur dulu...*nguap*

Rumah di sepanjang jalan, papan namun nyama

Rumah Mina Pancar

9 comments:

  1. Cerita yang sangat bermanfa'at, suka sekali dengan pepatahnya he he he

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya selalu siap direpotkan tamu, karena siapa tau saya akan merepotkan dia, Jadi...hukum timbal balik itu, selalu terwujud nyata.

      Delete
  2. serunya bisa nginep di luar pulau jawa, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seru, saya selalu suka melakukan perjalanan, tetep pada biaya yang murah meriah

      Delete
  3. asik kayaknya nginep disitu, rumahnya daari papan ya itu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kala hujan, airnya berbunyi berirama...tidur tak mau beranjak jadinya

      Delete
  4. masalah beras...iya, aku dulu bela2in beli beras jawa di toko kelontong yg besar (lupa namanya). mahal biarin deh hehe.
    oia ini tante yg waktu itu ikut acara kopdar di kebun raya ya?

    ReplyDelete
  5. masalah beras...iya, aku dulu bela2in beli beras jawa di toko kelontong yg besar (lupa namanya). mahal biarin deh hehe.
    oia ini tante yg waktu itu ikut acara kopdar di kebun raya ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tante yang kubawa kopdar halal bihalal di Kebun Raya itu

      Delete