Review

Friday, November 13, 2015

Sang Satria Sejati, Gatotkaca | Patung Kuda, Tuban Bali


Bali masih cerah menjelang senja, saya keluar dari gerbang Bandara Internasional Ngurah Rai, setelah penerbangan Jakarta-Bali, Oktober bulan lalu.
Di simpang tiga jalan, masih dalam kawasan bandara di antara jalan Raya Tuban dengan jalan Raya airport. Saya terpukau, dengan patung kuda  yang besar luar biasa. Ukiran patung dari beton berwarna putih. Megah, mempesona yang melihatnya. 
Patung Kuda, penyerangan dari angkasa Satria Gatotkaca ke kereta kuda Karna  (Dokpri)

"Itu, Patung Kuda.
Saya masih terpana, sayang saya hanya sekilas melihatnya, mobil melaju membawaku jauh meninggalkannya.
Esok harinya, barulah saya bisa melihat lebih dekat Patung Kuda. Karena masih siang hari, suasananya sepi pengunjung, kalau malam hari, patung kuda ini akan indah diterangi lampu warna warni. Patung kuda, menjadi tempat wisata alternatif kalangan anak muda dan keluarga. Murah meriah.

Patung kuda, menjadi ikon Kabupaten Tuban, Bali. Patung ini dibuat oleh seniman terkenal Bali asal Teges Peliatan Ubud, I Wayan Winten. Di resmikan tanggal 31 Oktober 1993 oleh Gubernur saat itu, Prof. Dr Ida Bagus Oka. Patung ini dibangun dalam rangka memperindah kawasan Bandara Ngurah Rai, Bali. Patung kuda yang berdiri megah, konon dipercaya dapat memberikan keamanan serta spritual bagi para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bali.


Nama Patung kuda lebih dikenal di kalangan masyarakat Bali, sebenarnya, patung kuda adalah Patung Satria Gatotkaca. Patung yang mengambarkan Perang Kurukshetra ,penyerangan Gatotkaca dari angkasa, dibalas Karna dengan senjata Konta (tombak). Ada enam ekor kuda perang, dipegang oleh kusir handal bernama Raja Salya (Artayani), raja Mandra.

Jujur, saya pengemar cerita pewayangan, baik dari versi Mahabrata maupun versi pewayangan Jawa.

Dibawah ini, akan saya tulis epik Mahabrata yang digambarkan pada Patung Satria Gatotkaca, atau Patung Kuda di Tuban, Bali. Diambil dari berbagai sumber.
Ada dua tokoh utama, yaitu Gatotkaca dan Pamannya sendiri, Karna, Raja Angga, serta  satu tokoh, Raja Salya.

Dalam perang, tidak ada yang tidak mungkin, semua bisa terjadi. Perang, mengharuskan seorang satria untuk memilih pihak mana yang didukungnya. Apakah pihak yang berdiri di jalan kebenaran (Pandawa) atau Pihak yang salah(Korawa), perang mewajibkan untuk memilih, dan tetap teguh pada pendirian dan rela berkorban jiwa dan raga.

Perang menyebabkan sesama saudara saling bertarung hingga titik darah penghabisan demi menjunjung tinggi nilai-nilai ksatria dan bela negara. 
Perang juga menunjukkan jiwa berani mati, demi memenangkan perang.

Gatotkaca,  berasal dari keluarga Pandawa, ia seorang Ksatria yang berjiwa teguh, sekalipun ia tau, akan tewas di tangan Karna yang memiliki senjata pamungkas; senjata Konta(tombak), ia tetap menghadang Karna. Bahkan, menjelang ajalnya, Gatotkaca, masih mengatur strategi untuk memenangkan perang.

Karna, harus memilih memihak Korawa sekalipun berasal dari keluarga Pandawa. Terbuang sedari kecil serta di angkat derajatnya oleh kerajaan Kuru. Karna, memilih memihak Korawa, bertempur melawan saudara kandungnya sendiri sebagai musuh.

Perang juga mengharuskan seseorang menepati janji, sekalipun sakit untuk menjalani. Ini terjadi pada diri Salya, Raja Madra, yang harus membelot demi menepati janji, dari Pihak Pandawa ke pihak Korawa.

Gatotkaca, Kekuatan dan kelemahan

Gatotkaca, putra dari Bimasena dari Keluarga Pandawa dan Ibunya seorang Putri  Kerajaan Pringgadani bernama: Arimbi, berasal dari bangsa Raksasa. 
Sejak kelahirannya, Gatotkaca, adalah sosok yang memiliki kekuatan super luar biasa, mampu terbang di angkasa, dikenal "otot kawat tulang besi"
Kekuatan dan kesaktian Gatotkaca di perolehnya semenjak dilahirkan. Nama Gatotkaca sewaktu bayi adalah Jabang Tetuka(versi Jawa)
Sampai usia satu tahun,  tali pusarnya belum bisa dipotong walau menggunakan senjata apapun.
Pamannya, Arjuna, adik Bimasena, pergi bertapa untuk mendapatkan senjata yang bisa memotong tali pusar ponakannya dan meminta petunjuk dari Dewa.
Pada saat bersamaan, Karna, Panglima perang kerajaan  Hastinapura, juga sedang bertapa mencari senjata pusaka.
Karena wajahnya, Arjuna dan Karna mirip (berasal dari ibu yang sama, Kunti). Batara Narada, utusan kahyangan memberikan senjata berbentuk tombak Kontawijaya(Vasavishakti) kepada Karna, bukan kepada Arjuna. 
Setelah menyadari kesalahannya, Batara Narada menemui Arjuna yang sebenarnya. Arjuna mengejar Karna untuk merebut senjata konta, sehingga pertaruhan pun terjadi. Karna berhasil lolos bersama senjata konta, sedang Arjuna hanya berhasil merebut sarung pusaka konta  tersebut.

Sarung pusaka konta terbuat dari kayu Mastaba, ternyata bisa dipergunakan untuk memotong tali pusar Tetuka. Saat dipakai untuk memotong tali pusar Tetuka, kayu mastaba pusnah bersatu dengan perut Tetuka. Dan pengaruh kayu tersebut, menambah kekuatan bayi Tetuka. Sayang, Tetuka akan diramalkan, tewas ditangan pemilik senjata Konta. Senjata yang  penambah kekuatan sekaligus titik kelemahan kekuatan Gatot Kaca.

Karna, Putra Dewa Surya

Karna adalah tokoh kontroversial, hidupnya terlunta-lunta sejak lahir, anak Dewa Surya,sayang, takdirnya selalu buruk, akibat masa lalunya. Karna, anak tertua Kunti. Ia dilahirkan melalui telinga ibunya. Demi menjaga nama baik keluarga, Kunti yang melahirkan sebelum menikah, terpaksa membuang "Putra Dewa Surya" di sungai Aswa dalam sebuah keranjang. Bayi tersebut ditemukan dan diangkat anak oleh Adirata yang bekerja sebagai kusir kereta di Kerajaan Kuru. Karena sejak lahir sudah memakai pakaian perang lengkat dengan anting-anting dan kalung pemberian Dewa Surya, maka bayi itu diberi nama Basusena. Karna kecil mendapat julukan Sutaputra(anak Kusir), namun julukan lain yang lebih dikenal adalah Radheya(anak Radha). Radha adalah istri kusir Adirata. Wanita ini yang paling dicintai Karna, sekalipun Kunti telah mengakui Karna sebagai putra sulungnya, Karna tetap menganggap ibu sejatinya adalah Radha.
Radha pulalah yang mendorong Karna menjadi seorang perwira kerajaan.

Sejak kecil sering di lecehkan bahkan dihina dan bahkan dimusuhi gurunya sendiri. Sebagai Putra Dewa Surya, dalam dirinya mengalir ksatria yang hebat. Hanya Duryadhana, Raja Hastinapura yang mengangkat derajatnya menjadi Raja Angga. Demi membalas budi baiknya, ia rela berkorban nyawanya, sekalipun melawan saudara kandungnya sendiri.

Karna terkenal menjunjung tinggi nilai nilai Ksatria, walaupun ia memihak pada Keluarga Korawa. Akhir hidupnya, tewas ditangan Arjuna.

Posisi Raja Salya sebagai Kusir Kereta Karna

Kereta kuda siapakah itu?

Itu kereta milik Karna yang di serang dan diduduki Ksatria Gatotkaca pada malam ke 14 dari angkasa.

Siapakah kusir kereta itu?

Namanya: Raja Salya adalah kakak Madri, istri ke dua Pandu (Ibu dari Nakula dan Sadewa).

Ada dua kusir handal yang sangat terkenal,Kresna dan Raja Salya. Arjuna mengendarai kereta kuda dengan kusir Kresna. Untuk mengimbangi musuh besarnya, maka Karna membutuhkan Salya menjadi Kusirnya.
Maka untuk mencapai keinginannya, dibuatlan tipu muslihat agar Raja Salya membelot dari memihak Pandawa menjadi pihak Kurawa. 

Dikisahkan, Salya membawa pasukan besar menuju Upaplawya untuk menyatakan dukungan terhadap Pandawa menjelang meletusnya perang besar Kurukshetra. Ditengah jalan rombongannya, pasukan sangat kelelahan dan singgah beristirahat dalam perkemahan mewah lengkap dengan berbagai jenis hidangan. Salya menikmati jamuan itu, karena mengira dari pihak Pandawa. Tiba-tiba  para Korawa dipimpin Raja Duryodana muncul dan mengaku sebagai pemilik perkemahan tersebut. Raja Hastinapura itu meminta  Raja Salya  bergabung dengn pihak Korawa untuk membalas jasa. Sebagai seorang raja yang adil, Salya bersedia memenuhi permintaan itu. Mendengar Paman mereka, Raja Salya berada di pihak Korawa, Para Pandawa terkejut dan sedih. Namun Salya menghibur dengan memberikan restu kemenangan untuk para Pandawa.
Perang memang menyakitkan, namun perang mengharuskan, janji harus ditepati. Salya membelot ke pihak Korawa.


Perang Kurukshetra, bukti pengorbanan seorang Satria Sejati

Epik Mahabharata, berjudul Dronaparwa.

Gatotkaca gugur dalam perang di Kurukshetra pada malam ke 14.
Perang Kurukshetra adalah perang saudara antara keluarga Pandawa dengan keluarga Korawa.
Kekuatannya Gatotkaca akan bertambah besar di malam hari. Satria gagah berani menyerang dari angkasa dan bisa bersembunyi di balik awan. Keganasan dalam berperang, membuat pihak Korawa menjadi gelisah.  Keberaniannya sebagai Satria terlihat, saat Gatotkaca maju menghadang pasukan Korawa saat mereka menuju ke perkemahan mereka...Ribuan prajurit Korawa berjatuhan.
Satu-satunya cara yang bisa membunuh Gatotkaca, hanyalah Karna, pemilik senjata Konta. Semula Karna menolak karena pusaka tersebut hanya bisa dipergunakan SEKALI saja dan akan dipergunakan membunuh rival bebuyutannya, Arjuna. Karena terdesak, akhirnya Karna melemparkan pusaka tombaknya (konta) ke arah GatotKaca yang menyerang dari udara.

Semenjak kecil, Gatotkaca mengetahui, bahwa ia akan tewas jika dadanya tertembus senjata Konta. Mengetahui ajalnya sudah mendekat, Gatotkaca masih memikirkan  cara untuk membunuh prajurit Korawa sekaligus sekali serang.
Sebelum Gatotkaca jatuh dari atas langit meremukkan bumi, Gatotkaca memperbesar tubuhnya sebesar gunung,   kemudian jatuh menimpa ribuan prajurit Korawa setelah senjata pamungkas Karna, senjata Konta menembus dadanya. Seketika senjata Konta musnah, sebagai bertanda menyatunya kembali senjata Konta(tombak) dengan sarung penutup pusaka konta di tubuh Gatotkaca. 
Gatotkaca gugur secara kastria dalam membela negaranya.


Berwisata ke Patung Kuda,  sangat menyenangkan, kalau kita tau cerita yang digambarkan Patung Kuda atau Patung Ksatria Gatotkaca.

Selamat berkunjung ke Patung Kuda Tuban, Bali


Patung Satria Gatotkaca, pilihan wisata lain di Tuban Bali



9 comments:

  1. Saya pernah foto disitu 2011 lalu pas study tour ke Bali hehe

    ReplyDelete
  2. Enak yaa...kalau ngerti ceritanya dulu baru liat patungnya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, jadi paham makna yang digambarkan patung kuda.

      Mantan guru sejarah...hehehe

      Delete
  3. wahhh gak asing bangett patungnyaa mbakk, yuhuuuuyy fotonya canteekk narsis hihihiihih

    ReplyDelete
  4. Narsis. bingit ya....buat bukti, kalo eikeh benar benar ke patung kuda.

    ReplyDelete
  5. Saya mondar-mandir tiba di Bali, selalu bahagia tiap kali baru keluar dari airport Ngurah Rai dan bertemu patung ini. Kalau ketemu patung ini, bawaannya selalu happy siap liburan. Dan setelah beberapa hari, kalau sudah ketemu patung ini kembali, hati sedih karena berarti sudah waktunya meninggalkan Bali..

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar sekali. ibarat itu patung mengucapkan selamat datang buat yg liburan

      Delete