Reuni, walau untuk dua orang saja dan sudah lama tak bertemu, tetap saja di anggap reuni.
Menjadi agenda saya sejak beberapa bulan, sebelum berkunjung ke Bali, saya sudah memberitahu sahabat kecil saya, ingin sekali bertemu dengannya. Namanya Anita Aggriani, hampir 30 tahun lamanya kami tidak bertemu. Terakhir bertemu waktu latihan menari tahun 1985 di Palangka Raya.
Sebenarnya, baru beberapa bulan, kami bisa saling berkomunikasi lewat pesan singkat. Namun tetap saja berbeda jika tidak bertemu langsung. Ternyata, selama ini, Anita berdomisili di Denpasar, Bali. Anita menikah dengan Pria asal Buleleng.
Sebenarnya, baru beberapa bulan, kami bisa saling berkomunikasi lewat pesan singkat. Namun tetap saja berbeda jika tidak bertemu langsung. Ternyata, selama ini, Anita berdomisili di Denpasar, Bali. Anita menikah dengan Pria asal Buleleng.
Saya sebut, sahabat masa kecil. Waktu saya baru pindah dari kota Malang dan bersekolah di SD Sanggabuana, Bukit Hindu Palangka Raya. Dialah, teman pertama saya, dudukpun sebangku. Teman bercerita dan bermain, dari Anita saya belajar memainkan Rebana dan tari-tarian. Masa kecil yang indah, bermain hingga lupa waktu.
Ayam Betutu Pak Man, Bali...reuni kecil, aku dan Anita |
Malam selepas Magrib, 21 Oktober 2015. Anita menjemput saya dengan anak gadisnya berusia 17 tahun. Ternyata, sekian tahun, tak mengubah segala. Langsung kami tau, wajah kami yang memang sudah berubah. Saya berpikir, di usia matang ini, kami malah semakin cantik... #Halah. Tetap saja, kami saling menjerit ceria, sampai di mobilpun kami heboh, mengulang cerita masa lampau dari si A sampai si Z.
"Kemana kita?" tanya saya sambil duduk di samping Anita.
"Kamu pasti ingin makan masakan khas Bali yang enakkkkkk banget."Pertanyaan yang membuat saya tambah semangat.
"Ada, En. Tempatnya biasa aja, tapi menu masakannya luar biasa. Halal lagi. Ayam betutu, sate lilit, pernah coba?
Mendengar nama makanan dan mau makan, saya selalu antusias. Apalagi saya paling suka kuliner khas Nusantara. Masakan apa saja saya suka, Indonesia banget.
Kata Anita, Pulau Bali sekarang berbeda dengan dulu. Sekarang, sudah banyak dan dengan mudah ditemukan restoran berlabel Halal. Jadiii...Sekarang, saya nggak perlu takut makan, halal.
Hanya perlu 10 menit dari Hotel Hariss,lokasinya dekat dengan Bandara Ngurah Rai. Tapi terasa lama bagi saya, yang memang buta peta...dimana, kemana, terserah yang bawa. Taunya sudah sampe, dan melihat jam, berapa lama jarak tempuh.
Mendengar nama makanan dan mau makan, saya selalu antusias. Apalagi saya paling suka kuliner khas Nusantara. Masakan apa saja saya suka, Indonesia banget.
Kata Anita, Pulau Bali sekarang berbeda dengan dulu. Sekarang, sudah banyak dan dengan mudah ditemukan restoran berlabel Halal. Jadiii...Sekarang, saya nggak perlu takut makan, halal.
Hanya perlu 10 menit dari Hotel Hariss,lokasinya dekat dengan Bandara Ngurah Rai. Tapi terasa lama bagi saya, yang memang buta peta...dimana, kemana, terserah yang bawa. Taunya sudah sampe, dan melihat jam, berapa lama jarak tempuh.
Sebuah rumah makan sederhana, ruangannya luas dengan bangku dan meja kayu. Rumah Makan Ayam-Bebek Betutu Pak Man, Jalan Raya Tuban 72X Bali. Pengunjungnya sungguh ramai, bertanda, masakan yang di sajikan pasti lezat, mengutamakan bercita rasa khas Bali. Semua masakan di racik langsung oleh Pak Man dari berbagai rempah. Jadi tambah penasaran.
Sepengetahuan saya, Ayam Betutu, terbuat dari bahan dasar ayam utuh tanpa dipotong-potong. Masakan Ayam Betutu, kuliner khas Bali, selama ini saya hanya melihat dan baca resepnya cuman di majalah saja. Belum pernah mencoba, bagaimana rasa dan kelezatan. Nah, pada kesempatan ini, saya akan mencoba icip-icip kuliner Bali yang namanya sudah sangat luas dikenal.
Berbagai memilih menu andalan Ayam betutu Pak Man, seperti : Ayam-bebek betutu, ayam betutu goreng, bebek betutu, bebek betutu goreng, Ayam sitsit/Suwir sambal matah, sate lilit, plecing kangkung, urap kacang, je jeruk, jukut ares dan lawar Bali.
Daftar menu disodorkan, hanya selembar kertas dilaminating, sederhana dan mudah. Sesuai petunjuk Anita, saya setuju saja, menu-menu masakan yang dipilihnya. Yakin, pasti enak dan mantaf.
Menu masakan yang dipesan ...Mengoda sekali |
Ayam Betutu
Ayam betutu Pak Man, berasal dari olahan ayam kampung, yang dimasak dengan berbagai bumbu yang disebut base genep. Bumbu yang diracik dan dicampur merata dengan minyak kelapa, dilumuri pada ayam segar. Diamkan, ayam hingga bumbu meresap, kemudian direbus beberapa waktu. Setelah matang, ayam siap dibakar atau di goreng. Daging ayam menjadi lebih padat dan empuk. Rasanya renyah. Pas banget, enak, enakkk.
Ayam betutu aromanya harum berwarna kuning kunyit. Di Rumah makan Pak Man, ayam betutu, 1 ekor ayam seharga Rp 75.000,- bisa dipesan setengah ekor seharga Rp 40.000,- atau seperempat ekor seharga Rp 23.000,- Harga yang cukup terjangkau.
Untuk mencari sensasi yang berbeda, selain ayam juga ada bebek. tapi saya tak memesannya, kapan-kapan, kalo balik lagi ke Bali lagi. Untuk 1 ekor bebek betutu seharga Rp 120.000,- dan setengah ekor bebek betutu seharga Rp 65.000,-
Ayam sitsit sambal matah |
Ayam Sitsit Sambal Matah
Menu lain, ayam suwir/sitsit sambal matah....rasanya enak, perpaduan ayam goreng yang disuwir dicampur dengan rasa pedas sambal matah khas Bali. Masakan ini, rasa serai dan aik jeruk limo, segerrr, pedas dan asam. Jujur, ayam sitsit sambal matah ini, masakan yang paling saya suka, seporsi cuman Rp 40.000 dengan porsi besar, cukuplah untuk dimakan 3 orang.
Sambil menikmati makanan, saya perhatikan, sambal matahk khas Bali bisa dipadu padankan dengan berbagai masakan, seperti dicampur dengan suwiran ayam atau ikan. Cara membuat, sambal matah, sepertinya mudah, tidak diulek tapi hanya dicampur saja. Irisan serai, garam,terasi, cabai, bawang merah mentah diaduk merata dengan minyak goreng...Kira-kira ,minyak gorengnya mentah atau bekas pengorengan ikan ya. Kalo sambal lado ijo, Padang, minyak goreng yang dibanjur ke sambal lado ijo, minyak bekas goreng ikan, agar sambal ada rasa ikannya.
Menu lain, ayam suwir/sitsit sambal matah....rasanya enak, perpaduan ayam goreng yang disuwir dicampur dengan rasa pedas sambal matah khas Bali. Masakan ini, rasa serai dan aik jeruk limo, segerrr, pedas dan asam. Jujur, ayam sitsit sambal matah ini, masakan yang paling saya suka, seporsi cuman Rp 40.000 dengan porsi besar, cukuplah untuk dimakan 3 orang.
Sambil menikmati makanan, saya perhatikan, sambal matahk khas Bali bisa dipadu padankan dengan berbagai masakan, seperti dicampur dengan suwiran ayam atau ikan. Cara membuat, sambal matah, sepertinya mudah, tidak diulek tapi hanya dicampur saja. Irisan serai, garam,terasi, cabai, bawang merah mentah diaduk merata dengan minyak goreng...Kira-kira ,minyak gorengnya mentah atau bekas pengorengan ikan ya. Kalo sambal lado ijo, Padang, minyak goreng yang dibanjur ke sambal lado ijo, minyak bekas goreng ikan, agar sambal ada rasa ikannya.
Jangan terlewatkan untuk mencoba sate yang enak ini... |
Sate lilitnya pun lezat, dengan harga per porsi Rp. 24 000,- untuk 5 batang sate. Rasa sate lilit, olahan ikannya berasa banget. Sate yang berasal dari daging ikan yang dihaluskan, dicampur dengan parutan kelapa dan bumbu halus. dililit di batang bambu, dan di bakar. Hmmmm, enak banget, gurih.
Plecing Kangkung Urap Kacang
Menu lain, seperti plecing kangkung yang pedasnya bikin mata melek. Plecing kangkung di sajikan dengan kacang tanah goreng. Mantef.
Urap kacang, masakan kacang panjang rebus dipotong-potong, duberi parutan kelapa, rasanya biasa saja, cuman harga yang murah meriah, Rp 10.000,-
Jukut Ares dan Je jeruk
Ada dua menu yang tidak saya pesan, takutnya kebanyakan dan nggak kemakan. Mungkin lain kali akan di pesan. Paling tidak saya tau, bahan dan cara pembuatan dari ke dua menu ini.
Salah satu menu masakan Jukut Ares, masakan khas bali yang berkuah santan. Jukut dalam bahasa daerah Bali, artinya sayur dan Ares adalah batang pisang(Bedebok). Aihhh, jadi ingat masakan khas Dayak Mama Saya. Kami juga mengunakan bahan dasar dari batang pisang yang terdalam, berwarna putih. Bedebok itu di iris tipis, dimasak dengan tetelan atau tulangan sapi, bisa juga memakai ayam. Bumbu yang dipakai, bumbu dasar kuning di beri santan kental.
Je jeruk, makanan khas Bali lainya, sama seperti yang lain, masakan akan dicampur dan diaduk didalam wadah, sepeti membuat urap. Je jeruk berbahan dasar dari jamur tiram yang dikukus dan di suwir, di campur dengan bumbu halus dan kelapa. Jukut Ares satu porsi Rp 18.000,- dan Je Jeruk seporsi Rp 20.000,-
Menu lain, seperti plecing kangkung yang pedasnya bikin mata melek. Plecing kangkung di sajikan dengan kacang tanah goreng. Mantef.
Urap kacang, masakan kacang panjang rebus dipotong-potong, duberi parutan kelapa, rasanya biasa saja, cuman harga yang murah meriah, Rp 10.000,-
Jukut Ares dan Je jeruk
Ada dua menu yang tidak saya pesan, takutnya kebanyakan dan nggak kemakan. Mungkin lain kali akan di pesan. Paling tidak saya tau, bahan dan cara pembuatan dari ke dua menu ini.
Salah satu menu masakan Jukut Ares, masakan khas bali yang berkuah santan. Jukut dalam bahasa daerah Bali, artinya sayur dan Ares adalah batang pisang(Bedebok). Aihhh, jadi ingat masakan khas Dayak Mama Saya. Kami juga mengunakan bahan dasar dari batang pisang yang terdalam, berwarna putih. Bedebok itu di iris tipis, dimasak dengan tetelan atau tulangan sapi, bisa juga memakai ayam. Bumbu yang dipakai, bumbu dasar kuning di beri santan kental.
Je jeruk, makanan khas Bali lainya, sama seperti yang lain, masakan akan dicampur dan diaduk didalam wadah, sepeti membuat urap. Je jeruk berbahan dasar dari jamur tiram yang dikukus dan di suwir, di campur dengan bumbu halus dan kelapa. Jukut Ares satu porsi Rp 18.000,- dan Je Jeruk seporsi Rp 20.000,-
Makan malam yang menyenangkan, kuliner khas Bali yang rasanya nendang banget. Enak. Serta keakraban kami sebagi sahabat yang melunasi rindu sekian tahun tak bertemu. Di Ayam Betutu Pak Man, Bali...Setelah 30 tahun kami pun bisa bertemu kembali. Semoga ini bukan akhir kita, suatu saat kita akan berbincang kembali. Sebelum pulang, Anita mengajak saya berkeliling, melihat keindahan Bali di waktu malam.
Matur Suksma, ya, Anita...
Matur Suksma, ya, Anita...
No comments:
Post a Comment