Semoga tahun depan tak berjumpa lagi dengan ASAP |
Semenjak kecil, saya hidup di Palangka Raya Kalimantan Tengah. Saat itu pohon-pohon dari hutan, daunnya masih menjuntai di sepanjang jalan menuju Tangkiling. Rindangnya rimba masih terlihat di sisi tepi sungai Kahayan. Kalimantan Tengah masih menjadi 'emas hijau'. Kayu Gelondongan masih berlimpah ruah. Hutan rimba masih menutupi tanah Kalimantan. Rimba Raya.
Udara masih bersih dengan matahari bersinar cerah. Panas sih, tapi tak ada polusi. Pasir putih di jalan sebagai ciri khas Palangka Raya, menyilaukan tertimpa sinar matahari...Panas, tapi bersih.
Asap, sudah biasa bagi saya. Orang Dayak suka berhuma atau berladang. Setiap musim panen selesai, dan memasuki musim kemarau, ladang di bakar agar cepat bersih dan tanah mengandung hara yang baik bagi tumbuhan. Pembakaran hanya sepetak dan dijaga peladang di pinggir petak. Jika sudah cukup, agar pembakaran tidak meluas ke lahan lain, Peladang beramai-ramai mematikan api, dengan memukul mukul sisa bara api dengan dahan pohon yang ujungnya masih ada daun.
Asap, hasil bakar lahan ladang tak terpisah dari bercocok tanam secara tradisional. Itu sudah biasa. Tidak menganggu udara.
Namun, sejak tahun 1991, seingat saya, sejak adanya perkebunan kelapa sawit sejuta hektar. Asap mulai menutupi bumi Kalimantan Tengah.
Jika sepintas seperti kabut, namun ini, asap hasil dari pembakaran hutan besar besar, menutupi bumi Kalimantan. Sungguh pekat.
Seingat saya, polusi asap di mulai di bulan Oktober, namun tahun berikutnya maju di bulan September.Seingat saya, asap sudah ada sejak 24 tahun yang lalu. Karena, pertama kali saya harus mengubah jadwal penerbangan pesawat Jakarta ke Palangka Raya, di alihkan ke Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin. Bandara Cilik Riwut Palangka Raya di tutup karena asap. Saya harus melanjutkan naik speedboat jalur air, belum dibangun jalan daran Trans Kalimantan. Asap, hampir membuat saya mati. Karena speedboad yang kami tumpangi hampir menumbruk pulau Tumbang Nusa. Jarak pandang hanya 100 meter, itupun harus meraba raba. Seakan mau bunuh diri. Itu semua karena Asap.
Tahun berlalu, asap terus melanda bumi Kalimantan. Asap lagi lagi asap. Matahari hanya terlihat merah terselip di antara asap. Ini yang namanya, menjaring matahari. Susah mencari sinar matahari, apalagi kalau kemarau sangat panas. Asap semakin tebal dan pekat.
Jalan-jalan penuh asap, mata terasa perih dan susah bernafas. Naik kendaraan harus hati-hati, lampu pun harus dinyalakan demi keamanan. Parahnya, kalau pagi hari, terus buka pintu. Asap memberi suprise, laiyahhhh...gara-gara asap, rumah tetangga di depan saja tidak terlihat. Mungkin, terdengar aneh, tapi itulah yang saya alami melawan asap. Asap tetap ada sekian tahun, dan kerugian karena asap sangat berdampak bagi masyarakat.
Maklumi saja, kalimat yang sering saya dengar dulu.
Apa yang harus dimaklumi? Kata orang, katanyaa...Kontur tanah gambut yang mudah terbakar jika kemarau, sebagai sumber kebakaran. Sedikit saja api terpercik, kebakaran dan asap akan timbul. Harap dimaklum...Asap, terus ada hingga kini. Sampai akhirnya, karena asap, anak saya menderita asma, saya sekeluarga harus pindah dari Palangka Raya ke Bogor, menghindari asap, mencari udara bersih di tahun1998.
Seperti kata pepatah.
"Tak ada asap kalau tidak ada api"
Siapakah yang memantik api?
Peladang tradisional atau perusahaan besar kelapa sawit.
Apalah peladang kecil, membakar hanya sepetak dan terus dimatikan.
Kalau, perusahaan besar, berapa hektar yang dibakar, otomatis, kebakaran dimana-mana, polusi asap merajalela di bumi Kalimantan.
Demi uang yang berlimpah, harus banyak yang di korbankan,
Kami sebagai manusi,a harus mati berlahan karena asap. Penyakit Inpeksi saluran nafas, mata perih, paru-paru melanda masyarakat. Tingkat polusi udara yang semakin meninggi. Semua karena asap.
Asap pula, membuat hewan-hewan kehilangan habitatnya, bahkan mati akibat pembakaran lahan berhektar-hektar.
Asap, membuat Negara mengekspor asap ke negeri tetangga.
Asap lagi-lagi, asap.
Bukan perkara biasa, namun.perkara luar biasa, yang tak pernah menemukan solusi hingga kini. Aneh.
Asap, akan berhenti jika ada kebijaksanaan pemerintah, untuk berhenti dan membiarkan membakaran lahan. Apalah artinya pesawat terbang yang menumpahkan air untuk mematikan api, jika sumber tak dihentikan.
Mohon, wahai Penguasa...Hentikan asap. Jangan biarkan asap terus ada dari tahun ke tahun.
Dan Kepada Allah, pemilik alam semesta, curahkan hujan di bumi kami. Ampuni atas kedzoliman kami, yang tak memelihara bumi yang Kau peruntukan seluas-luasnya bagi manusia, sebagai Khalifah diatas bumi.
Jika kawan hanya melihat lewat TV atau media sosial, penderitaan masyarakat Kalimantan dan Sumatera karena asap. Maka, saya maklumi, tak pernah langsung merasakan siksanya polusi asap ini. Sungguh menyiksa. Ada cara untuk memberikan support agar derita asap ini bisa berakhir, dengan bersama mendukung gerakan melawan asap.
Mari kita melawan asap di bumi Nusantara.
Mari bersama mengalakkan gerakan melawan asap. Suatu gerakan melawan kejahatan koorporasi dan pembiaran negara dengan menyebabkan bencana asap. Mari bersama melawan asap dengan memberi dukungan melalui Twiiter pict, share video yang terkait, artikel terkait melalui twitter. Semoga, gerakan melawan asap yang ditujukan kepada Pemerintah untuk bisa dengan segera mengatasi bencana asap.
Mungkin, jika asap tak menemukan jawaban dari tahun ke tahun. Bisa jadi, musim di Indonesia akan berganti rupa, musim hujan, musim kemarau dan MUSIM ASAP.
#melawan asap.
ya ampuuun, ngeri banget ya.
ReplyDeleteklo di jalan, katanya indikatornya udah "bahaya" y.
sayangnya pegawai ga libur ya. klo pegawai libur, sekeluarga bisa mengungsi ke luar daerah
Pegawai tetap bekerja, karena liburpun tidak bisa untuk berapa lama liburnya. Asap tidak bisa diprediksi kapan berkurang. Kecuali hadiah hujan yang sangat deras dari Allah. Makanya saya mengungsi dan pindah Ke bogor.
DeleteSalam kenal
Aku nggak kebayang kalau aku yang ada disituasi seperti itu, mbak. Semoga pemerintah segera mengambil tindakan dan melakukan solusi yang tepat. Bukan hanya kali ini tapi untuk selanjutnya.
ReplyDeletePolusi aap itu nggak enak banget. Mu keluar rumah, berasap. pake mobilpun, bahaya, karena jarak pandang ketutup asap. Kemarin teman dari Jakarta mau pulang ke Palangka Raya, terpaksa di tunda dua hari, baru jam satu malam bisa terbang, karena asap di malam hari muai menipis. semua karena asap ya. Semoga gerak #melawan asap dengan mentewit berkaitan asap, Pemerintah dapat menuntaskan bencana asap ini.
Deletemba een, sama mba sy juga dari kecil merasakan hal itu. sy di ketapang kalbar. bahkan untuk nonton tv aja sudah kabur karena asap pernah masuk rumah. itu dah klo asap mengepung. jarak pandang gak sampe 1 meter. walau sekarang sy sudah ikut suami ke semarang, tapi saya tetep sedih banget keluarga besarku sekarang sedang merasakan betapa susahnya dikepung asap.
ReplyDeleteMasih saja, kita yang pernah tinggal di Kalimantan merasakan dampak bencana asap itu. Sampai detik ini, saudara, sahabat tetap berkomunikasi, asap bertambah pekat. Namun, tdk punya daya, bagaimana mengatasi asap ini, setiap tahun seperti musim saja. Semoga pemeritaha dapat membasmi kooporasi penjahat pembakaran hutan ini. Pemerintah pro rakyat.
ReplyDeleteSaya ga merasakannya tapi berdoa untuk semua saudara-saudara di Sumatera,Kaliimantan atau tempat lainnyaa agar tidak ada lagi asap yang mengganggu. Menghirup asap sedikit saja dari pembakaran sampa bikin mata terasa perih. Apalagi asap yang banyak begini ya, mbak.Semoga segera ada aksi nyata pemerintah agar tidak terulang lagi di tahun depan dan depannya lagi.
ReplyDeleteSemoga asap ini bisa dituntaskan, jgan pembiaran negara akibat perusahaan besar yang hanya mementingkan keuntungan semata
DeleteYa Allah, tebal sekali asapnya.
ReplyDeleteTeman saya ada di Kalimantan, kondisi baru saja melahirkan. Jadi khawatir dgn bayinya terutama. Semoga segera teratasi, aamiin.
Biasanya, kalo musim asap, lebih banyak di dalam rumah saja. Terkepung asap.
Delete