Sampai hari ini, saya mendapat kabar dari teman di Palangka Raya, asap semakin tebal dan pekat. Sampai jam 12 siang, matahari tidak terlihat, jarak pandang hanya 50 meter. bahkan 20 meter.Bisa dibayangkan, hidup berselimut asap...Menyiksa sekali. Kondisi tahun ini adalah kabut asap paling parah sepanjang 24 tahun, Palangka Raya, menjadi tempat polusi udara terburuk di dunia
Bila berada gunung Bromo, kita seakan berada di atas awan, kabut menyelimuti udara, mengundang wisatawan datang berkunjung, mendaki gunung Bromo.
Di Propinsi lain, asap mendulang uang, ikan-ikan bandeng di asap menjadi komoditi yang bisa dijual sebagai makanan khas yang diminati wisatawan.
Di Palangka Raya, bukan ikan yang di asap, tetapi manusia, bergelut dengan asap, yang entah kapan berakhir...Ini manusia, bukan ikan.
Dulu saya juga, bagian dari masyarakat Palangka Raya, pernah merasakan musim asap. ternyata, hingga kini masih saja, Palangka Raya dan wilayah Sumatra tetap terkepung asap.
Kata seorang teman, Mbak Sri, "Palangka Raya ini, masih Indonesia, kannn."
Sebuah pernyataan, kekesalan, karena masalah asap, sepertinya tak kunjung mendapat solusi dari tahun ke tahun. Dampak bencana asap, mengharuskan anak-anak sekolah di liburkan, padahal mereka jenuh di rumahkan. Setiap hari Rumah sakit Doris Sylvanus. dipenuhi anak anak terserang Ispa, mata perih, asma, bronhitis dan paru. Bahkan, sebagian masyarakat sudah mengungsi mencari udara yang lebih segar.
Kata seorang teman, Mbak Sri, "Palangka Raya ini, masih Indonesia, kannn."
Sebuah pernyataan, kekesalan, karena masalah asap, sepertinya tak kunjung mendapat solusi dari tahun ke tahun. Dampak bencana asap, mengharuskan anak-anak sekolah di liburkan, padahal mereka jenuh di rumahkan. Setiap hari Rumah sakit Doris Sylvanus. dipenuhi anak anak terserang Ispa, mata perih, asma, bronhitis dan paru. Bahkan, sebagian masyarakat sudah mengungsi mencari udara yang lebih segar.
Warga Palangka Raya, bahkan seluruh Indonesia, tidak tinggal diam. Bersama mengajak untuk melawan asap, dengan serentak menshare postingan di media sosial dengan memasang hastag #melawanAsap. Tujuan hastag itu agar keadaan ini, didengar dunia, khususnya Pemerintah.
Sebenarnya, yang terpenting, adalah bukti nyata masyarakat, terjun langsung, bahu membahu mematikan kebakaran hutan dan lahan. Paling tidak meminimal semakin luasnya kebakaran dan mengurangi tebalnya asap. Kota Palangka Raya ini adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya tanggung jawab pihak pemadaman kebakaran saja. Upaya sudah dilakukan oleh berbagai pihak; Manggala Agni (Pemadam kebakaran Kementrian Lingkungan hidup dan Kehutanan) TNI, Polri, Damkar (Pemadam kebakaran) dan swadaya masyarakat.
Sekalipun saya di lain kota, saya tetap mengikuti berbagai postingan dari teman-teman saya di Palangka Raya. Mereka tetap berjuang mengembalikan udara berasap menjadi kembali segar di Palangka Raya kota Cantik. Tempat di mana saya lahir dan beberapa tahun tinggal di sana.