Keiko?
Bukan nama manusia ya, Yank...#sakali kalii, urang saetik romantis, hihihi...Pake sayank :)
Keiko, Eta mah, namina ucing.
Eleuh eleuh, keren amat ya.
Sudah adatnya saya, suka kasih nama ke kucing, nggak perduli, itu kucing indoor atau outdoor. Kasih nama yang cantik dan kasep.
Ada tuh nama kucing saya, si Billy, Bonni, Lolita, Coki, Odie, Meggie, Emely, Merry, Pusi.
Mereka semua,kucing kampung, biar rada elegan, sebut saja kucing domestik. Semua kucing yang punya sejarah mengharu biru, sedihhhh sekali...Pilu.
Nah, ini tentang Keiko.
Trus apa hubungannya dengan lebaran?
Megumi mendekat setelah Keiko dimandikan
|
Keiko, kucing betina liar di kampung Cikalahang, Sumber, Kabupaten Cirebon, tempat tinggal ibu saya, Wisata kolam renang Hegar. Setiap bulan, saya selalu pulang menjenguk ibu, menemaninya yang seorang diri. Semenjak Bapak meninggal tahun lalu. Berawal dari saya mengadopsi kucing kecil bernama Megumi.
Kucing kampung kecil sendirian diantara tungku abu hangat di rumah Uwa saya.. Mengendap ketakutan,mengintip dan berjalan merunduk. Sedih melihatnya, bulunya putih menjadi keabu-abuan tertutup debu awu. Kucing itu saya bawa pulang. Saya beri nama, Megumi. Dalam bahasa Jepang, artinya terbekahi...Benar, Megumi, kawan setia ibu saya. Dan, nama Megumi-lah yang dicari ibu setiap pulang mengaji' "Megumiiii"
Megumi ternyata jantan, salah dalam nama. Rapopo lah, tetap saja dinamai Megumi.
Setiap makan, Megumi begitu ramah membagi dengan kucing liar, cantikk mungil dan mengendap endap.
Kucing liar, teman Megumi, tidak bisa dipegang, didekati selalu lari. Kucing bermata bulat dengan ekor pendek, bulu belang tiga. Saya beri nama Keiko
si cantik penakut, liar pula.
Awal puasa, saya pun pulang kampung seperti biasa. Yang aneh, kenapa selama seminggu, tak pernah saya melihat Keiko. Kata ibu saya, sudah sebulan jarang melihatnya, walau mengendap untuk sekedar untuk makan. Bahkan, Megumi pun tak bersemangat kehilangan gebetan cantiknya.
Kepikiran juga, kemana si Keiko, batin saya.
Dhilalah, kok pas bener, kontak batin saya dengan Keiko. Sepulang dari kota Cirebon, dengan supir menuju rumah. Tiba-tiba, Saya melihat, ada kucing jalannya terseok-seok, kurus, kotor dan jelek sekali. Kucing itu di usir dan ditendang dengan kasar di jalan. Seketika saya turun, marah-marah ke tetangga, padahal saya sedang puasa...#duh! urang emosi.
Naluri saya memang begitu, selalu nggak tega lihat kucing diperlakukan kasar. Saya kejar kucing itu, dia malah lari sembunyi.
Sesampai di rumah, saya ke dapur tungku di belakang rumah. Seekor kucing mengigil meringkuk...Ya Allah...Keiko, muka cantiknya berubah sangat menyeramkan.Keiko terkena scabies, bulunya rusak. Sayang, Keiko lepas dari tangkapan saya. Dua kali, saya gagal menangkapnya. Dalam batin saya, saya harus bisa memandikannya.
Itu janji saya, dan terpaksa tertunda karena saya harus kembali pulang ke Bogor.
Lebaran, saya pun mudik ke kampung. Takbiran dilantunkan tak henti. Ketika sanak saudara di rumah sibuk memasak ketupat, saya malah berburu mencari Keiko. Mungkin, orang bilang saya kok lebay banget. Sama kucing aja sampe bela-belain mencari dan kepikiran sampai dibatas normal...
Jangan ditanya, kenapa saya begitu. karena saya pecinta dan penyayang kucing...Hanya orang yang memiliki perasaan sama dengan saya, yang bisa menjawab, kenapa saya begitu perduli dengan kucing kampung.
Dalam benak saya, tak bisa membayangkan, kucing kecil itu ditendang, disiram air karena buruk rupa dan menjijikkan. Boro-boro dikasih makan, mendekatpun, pasti sudah diusir.Saya yakin, Keiko sangat menderita. Gatal dimuka dan sekujur tubuh. Kalau bukan manusia, siapa yang menolongnya.
Ibu saya aja, marah-marah, takut ketularan penyakit Kucing. Saya diam aja, terus saja saya perduli kucing.
Lebaran hari ke dua, 18 Juli 2015.
Tidak biasa, mungkin karena sangat lapar, Keiko mengendap dan masuk ke ruang samping, melahap dryfood Megumi. Saya pun menutup pintu seketika. Keiko terkurung, sembunyi di sudut ruangan.
Sigap saya merebus air, meyiapkan sampho kucing, dan segala peralatan. Salep scabies di campur tetrasiklin.
Air hangat saya siapkan di kamar mandi. Kucing itu begitu ketakutan, yang menyedihkan, badanya kurus sekali waktu saya siram air, wajahnya tertutup jamur, matanya bulat hilang menjadi segaris tertutup jamur. Kupingnya saja berkerut kerut, bulunya putihnya berwarna coklat.
Seakan dia tau, sedang di tolong.
Keiko hanya diam waktu dimandikan. tidak mengeong, diam saja. Saya bersihkan bulu dekilnya, bahkan harus dua kali keramas. Setelah saya keringkan, saya mandikan lagi, sampai wajahnya terlihat jelas, tidak tertutup jamur dan menakutkan. Keiko hanya diam tak melarikan diri, tampak sangat kelaparan. Megumi datang mendekat, mencium Megumi, mengharukan sekali, mungkin sudah lama tidak bertemu teman betinanya.
Keiko hanya diam waktu dimandikan. tidak mengeong, diam saja. Saya bersihkan bulu dekilnya, bahkan harus dua kali keramas. Setelah saya keringkan, saya mandikan lagi, sampai wajahnya terlihat jelas, tidak tertutup jamur dan menakutkan. Keiko hanya diam tak melarikan diri, tampak sangat kelaparan. Megumi datang mendekat, mencium Megumi, mengharukan sekali, mungkin sudah lama tidak bertemu teman betinanya.
Disaat orang sibuk silaturahmi, saya malah menetapi janji. "Janji dengan Keiko."
Alhamdulillah, Saya berhasil memandikan dan mengobatinya.
Ibu saya sangat memperhatikan saya, kuatir saya terkena kutu. Saya bilang, tidak ada masalah, padahal...tangan saya ngeremengan, gatal-gatal, bentol kecil. Pasti ini digigit kutu waktu memandikan Keiko, batin saya. Saya nggak bilang ke ibu, takut dimarahin... Resiko pecinta kucing, bonus kena cakar, kadang rada bentol kulitnya. Ah, nanti juga hilang.
Hidup saya, memang tidak pernah jauh dari kucing. Lebaran pun sibuk ngurus kucing.
Bagi saya, berbuat baik, tidak hanya kepada manusia, termasuk ke kucing. Bukankah, kucing, mahluk Allah selayaknya diperlakukan dengan baik. Biarlah saya mencintai mereka, dengan segenap kemampuan saya.
Lebaran yang berbeda, menepati janji pada diri sendiri, untuk menolong Keiko.
Masih dalam berkah Ramadhan dan lebaran, saya mengadakan baksos steril kucing di rumah ibu, kolam renang Hegar Cikalahang. Doakan, ya, Keiko berhasil ditangkap, karena sampai saat ini masih liar. Melihat saya aja, Keiko langsung lari, trauma kali ya dimandiin saya. Keiko bisa di steril dan disuntik scabies. Semoga di hari Sabtu, tanggal 22 Agustus 2015, Bantuan Sosial Steril kucing untuk komunitas pecinta kucing di Cirebon bisa berjalan lancar. Saya rela balik dari Bogor ke Cirebon, demi kucing-kucing itu. Dengan Steril, kucing akan sehat dan dapat mengendalikan reproduksi kucing kampung.
Lebaran saya yang penuh cerita...Semua tentang kucing.
Keikoooo....
ReplyDeleteGemezzz deh
Gutlak give away nya yah, Mak
Salam buat Keiko.
Terima kasih
DeleteSalam manis..Miauuu
Kayaknya Megumi harus dibikinkan acara syukuran nasi kuning kalo mau ganti nama :D Hahaha.
ReplyDeleteOya, salam kenal yaa, Endah :D Terimakasih sudah ikutan #GiveAwayLebaran..
Sering2 ya main ke blogku www.heydeerahma.com.
=Dee=
iyaaa
DeleteMegumi, sdh terlanjur namanya.
hehe
bisa blogwalking. ada banner saya.
Megumi dan Keiko ada story khusus ga? penasaran mau tahu cerita perkucingan berikutnya.... nice story.
ReplyDeleteada, cerita kucing. Serinya Meggie. dan kucing lain. Mycatstory
Deletewww. PostinganHidup.Blogspot.Com
aiiihh.. megumi sama keiko pengen ikutan lebaran juga yaaa xixiix
ReplyDeletesalam buat kedua kucingnya ya
*hihhiii kalo aku geli liat kucing, suka salut sama pecinta kucing
Salam jga.
DeleteDulu saya buka CL. tapi kena karma...hahaha