Sudah hampir seminggu, badan saya sakit semua.Berbagai upaya dilakukan...#lebay amat ya, eikeh. Di pijat sudahhh, ke dokter umum, Puskesmas Desa Dukupuntang, juga sudah. Cek tekanan darah, agak tinggi dikit. Tetap aja, pusinggg... #sakit kepala itu, nggak enak rasanya. Badan saya juga terasa pegal. Maklumlah, beberapa hari ini, saya nggak olahraga, keringat nggak keluar. Komplitlah, semua penderitaan saya.
Saya mah, sadar betul, kalau kondisi kesehatan saya drop, pasti saya kena flu.
Cilakaknya, pilek saya nggak meler seperti pada umum. Jadilah, kepala pusing dan telinga terasa tertutup.
Menurut dokter spesial THT langganan, pilek saya tidak keluar, malah masuk dari dalam hidung ke liang telinga. Menumpuk di sana. Biasanya, diberi obat sakit kepala dan antibiotik, Alhamdulillah bisa sembuh. Tapikann..saya masih di kampung. Jadi, urut kepala sendiri, pusing.
Mungkin, yang namanya Ibu, dimana saja sama. Seperti Mama, selalu gelisah lihat anaknya sakit. Mak'ennya, anak sudah besar, tetap juga anak. Bentar-bentar, nanya, sudah sembuh belum,En?
Pagi hari, tante saya, adik Mama yang datang dari Palangka Raya, memetik berapa lembar daun sirih, daun pandan, serai, brotowali.
Ditanya buat apa? ini perintah Mamamu.
Ini untuk batimung.
Aaaihhhh, apalagi nih.
Batimung, berasal dari kebiasaan suku Dayak dan juga suka Banjar Kalimantan. Bedanya, batimung suku Dayak, bertujuan untuk kesehatan; mengobati orang yang tidak sembuh-sembuh dari sakit.
Sedang ritual batimung di suku Banjar, untuk perawatan kecantikan. Biasanya, batimung di lakukan, menjelang akad dan resepsi pernikahan.Pasangan calon pengantin akan melakukan ritual Batimung selama dua hari. Tujuannya, agar saat jadi pengantin, badan menjadi bersih, keringat berbau harum dan aura kecantikan mempelai memancar mempesona yang melihatnya.
Batimung, entah sejak kapan munculnya sebagai ritual tradisi di suku Dayak dan Suku Banjar. Batimung, sama dengan mandi uap . Mungkin saja, batimung cikal bakal mandi sauna di kebudayaan modern saat ini. Cara batimung, sangat sederhana, mudah dilakukan, tapi khasiatnya luar biasa.
Oke, ini pertama kalinya saya batimung.
Itupun, karena paksaan Mama saya.
Siapkan dulu, rempah-rempah harum, apa saja yang ada di kebon. Daun sirih, serai (sarai), pandan wangi (pudak harum) dan Brotowali(penawar gantung).
Semua bahan direbus dalam panci tertutup.
Kursi plastik kecil dan tikar purun(tikar pandan) yang bisa berdiri sebagai dinding, melingkari atau menutupi orang yang akan batimung...Kalau, tidak ada tikar purun, pake yang ada saja. Seperti saya, memakai tikar plastik. Satu handuk besar, untuk menutup lubang tikar, di kepala.
Bada lohor, Mama manimung saya.
Pertama-tama, saya memakai sarung, dan duduk di bangku plastik kecil. Ada panci panas berisi rempah di taruh di dekat kaki. Panci harus tertutup rapat. Jangan dibuka, sebelum badan tertutup tikar. Setelah benar-benar siap, tutup panci rempah dibuka sedikit demi sedikit. Ampunnn, panasnya, ini sauna ala tradisonal banget. Uapnya....membuat berkeringat. Mandi uap selesai, sampai tutup panci dibuka lebar. Selama di timung, (maaf)...buka pula sarungnya, agar uap panas mengeluarkan keringat sekujur badan, dari ujung kaki sampai kepala.
Sejam kemudian, saya benar mandi keringat, serasa segar seperti habis berolahraga, badan berbau harum.
Yang terasa banget, kepala jadi ringan, telinga tidak tertutup lagi. Badan jadi sehat...Alhamdulillah, sakit saya sembuh.
Panci rempah masih bisa dipakai lagi, untuk batimung ke esokkan hari.
Selama batimung, saya di dalam tiker, teriak teriak, minta di foto...hmmmm, hasil fotonya...gitu deh, heu heu... tikernya tidak berdiri tegak...#Untungnya, itu tiker nggak kebuka , kalo terjadi, eikeh malu sedunia. Memang, seharusnya tikar untuk batimung, mempergunakan tikar pandan(purun)
Etapi, seperti, kata pepatah 'tak ada rotan, akarpun jadi'. Tak ada tikar pandan, tikar apa saja.Bisa.
Yang terpenting, bisa menjadi ruangan tertutup untuk menampung uap panas rempah.
Semoga postingan, Batimung ini, bermanfaat. Bisa di coba, untuk sehat dan cantik, ternyata caranya sederhana.
Yuk, batimung.
Yuuuk... ulun coba ah
ReplyDeletehiih..hayuai di coba.
DeleteHihihi, lucu Mak :D Jadi ini ceritanya agak mirip-mirip ratus sauna gitu yak? :D
ReplyDeleteMirippppp...cuman enih mah, pake tiker..hihihi. seadanya. tapi sehat
Deletewaaa... lucu banget nih kalo nyoba.. payahnya saya ga punya tiker plastik, apalagi tiker pandan.. masa pake karpet... hihihi...
ReplyDeletetah eta, lamun make tiket krpet yang berbu, keluar sauna....malah penuh debu.
DeleteOo.. awalnya dari ritual calon pengantin ya.. ratus2 yg sekarang ini mungkin sejarahnya dari batimung. nice share, mba..
ReplyDeleteiyaaa..cara tradisional yang jadi modern.
Deleteassalamualaikum mbak, izin pakai fotonya untuk keperluan skripsi yah
ReplyDeleteSilahkan
DeleteSuahai jua malihat kuitan (arwah ayah) bahari batimung didalam gulungan tikar, hudah kaluar limbui paluh saawakan
ReplyDeletenyaman kalo sdh limbui bapaluh, sigarrr
Delete