Kebetulan eike lagi di kampung halaman, menemani Mama. Selalu banyak cerita setiba di desa, dunia memang penuh warna baik dari adat kebiasaan yang berbeda.
Nggak terasa beberapa hari lagi masuk bulan puasa, Ramadhan 1436 Hijriah.... Ya kok, saya malah banyak dapat undangan manten.
Apa ndak bikin, nahan nafsu harus ekstra kuat bagi pengantin baru ya...*senyam-senyum, membayangkan. Hussttt.
Katanya sih, tanggal dan hari sudah di tentukan, sesuai hitung-hitungannya, jadi mau deket puasa kek atau tidak...Hajat Walimah akad dan resepsi jalan terus.
Hmmmm...ini nih, dapat dua undangan yang membingungkan eikeh, permisah.
Dapat dua undangan, dari pasangan yang sama, Windri dan Supandi.
Undangan pertama, dari pihak shohibul hajat, seperti umumnya, pihak keluarga pengantin wanita , Windri, keluarga Ita dan Bu Wiwin. Akad dan Resepsi, Sabtu, 13 Juni 2015.
Undangan kedua, dari pihak pria, Subandi, Keluarga Bapak Kamad dan Ibu Inut.
Diteliti dengan seksama, kok aneh ya...
ini undangan dari Supandi, Acara: hari Jumat, 12 Juni 2015, sedangkan pelaksanaan akad nikahnya besok harinya. Sabtu.13 Juni 2015.
Acara di meriahkan hiburan organ tunggal. Dari jam 9 pagi sampai selesai.
Mikir sendiri, biasanya kalo ngunduh mantu, pasangan pengantin pria dan wanita sudah menikah. Ini belum apa apa, kok sudah ngundang, hajat besar besaran pula.
Kebetulan calon pengantin wanita, Windri main ke rumah.
"Win...Ibu nggak ngerti, kapan acara yang bener." Tanya saya menunjukan ke dua undangan.
" Ini, yang hari Sabtu, akad dan resepsi. yang punya hajat, undangan Windri dan Bapak Ita, " jawabnya
"Lha ini, undangan apaan, kan belum nikah?"
"Itu, yang ngundang dan hajat Supandi, Bapak Kamad," sahutnya sambil tersipu menyebut calon suaminya.
"Tapiii...kan belum menikah, undangan apaan?"
"Di sini memang begitu, Bu"
Bingungkan,Pemirsahhhj..sama dengan saya *hehehe.
Setelah saya tanya sama Arif, sepupuku yang aseli menetap dari lahir hingga beranak pinak di ds Cikalahang.
"Arif, itu undangan Subandi kan," tanya saya sambil menunjuk arah suara musik tarlingan tepat di atas tanah rumah orang tua saya.
" Pan, Subandi belum Nikah, undangan naon?"
"Iya teh, di sini memang begitu. Ngundang teh."
Makyakkk!!!hehehe... Baru tau saya, bahwa, undangan Subandi itu, pesta sebelum diadakan pernikahan esok harinya, di sebut Ngundang atau ngedatangkeun tamu.
Mendatangkan tamu dan juga panen.
Nah, apapula, panen?
Sudah jadi kebiasaan di kampung, setiap ada undangan manten, suka memberi angpao ke shohibul hajat. Amplop uang itu, saat di buka, akan di catat di buku, nama pemberi, dan jumlah uang oleh shohibul hajat.
Jadi, kalau pemberi angpao itu, punya hajat manten suatu hari kelak. Maka shohibul hajat akan memberikan uang sebesar yang di beri...*Sama aja kaya hutang ya. Tapi, begitulah kebiasaan di sini. Contohnya, Supandi, suka menanam amplop uang ke setiap acara manten. Nah, waktu Subandi manten seperti sekarang , ia memanen amplopnya dengan cara ngundang tamu, pesta dan organ tunggal.
Tamu yang di undang, ternyata ngasih amplop sesuai hutang amplopnya.
bukan cuman sama Supandi saja ngasihnya, amplop juga di berikan ke Bapak Kamad, bapak Subandi.
.....Waaaaaa, kenapa nggak di jadiin satu waktu hajat resepsi.
"Nggak Ceu, saya aja ngasih amplop ke Subandi, Ke Pak Kamad...trusss, ke Windri, ke Pak Ita" si Arif menepuk jidatnya, yaiyalahhhh..salah sendiri, nerima amplop banyak waktu pernikahannya kemarin, terpaksa harus mengembalikan.
Saya berpikir, sejatinya, hadiah itu diberi dengan iklas dan tak perlu di kembalikan. Tapi, mau apalagi, lain lubuk lain ladangnya, lain pula kebiasaan.
Disini, menikahkan anak, seperti sedang memanen yang telah disebar.
Dari hasil panen, bisa beli motor dan membayar biaya pelaksanaan pernikahan. Umumnya, untuk bahan makanan seperti beras, gula dan lainnya, juga hasil panen . Bukan hanya amplop uang yang di sebar, termasuk menyebarkan atau menyimpan bahan pokok juga.
Untuk mengumpulkan panen termasuk, syukur nikmat akan dilaksanakan pernikahan esok hari, Subandi ngondang sodara, tetangga dan teman jauh.
Baru ngerti saya...
trus, gimana amplop Mama saya, sedang anaknya semua sudah berkeluarga
"Mama nggak ada hutang, iklas aja" jawab Mama saya enteng.
Aihhhhh, jaman sekarang, tak ada yang terbayar.
Geleng geleng kepala, sambil memperbaiki jilbab.
Eikeh sudah siap, mariiii menyebar angpou...Hihihi.
Cikalahang, Dukupuntang, Kab Cirebon.
Jumat, 12 Juni 2015.
Bertepatan, ulang tahun Mama ke 67 thn.