Review

Sunday, May 24, 2015

Kutu beras Versus Beras Palsu

Judulnya bikin bingung, apa hubungannya kutu beras versus beras palsu.

Begini ya, Sis. Cerita saya...
Alhamdulillah, orangtua masih  memiliki sawah, jadi  sampai kini, beras di rumah selalu dikirim...*Enak banget ya, hidup gua... #Merasa bersyukur.

Ada satu masalah dengan beras kampung. Beras sudah saya simpan di tempat kedap udara, etapii...kenapa, oh kenapa? serangan kutu beras selalu ada. Berbagai cara saya lakukan, menaruh daun jeruk purut, atau daun belimbing wuluh di wadah penyimpan beras. Malah, sudah saya praktekkan, cabe kering plus bawang putih, ibarat kata, serasa mau bikin bumbu belado, Eh! tidak juga berhasil. Sepertinya, Emak dan Bapak kutu beranak pinak dengan bahagia di beras saya.
Beras kampungku, harus dibersihkan ekstra bersihhh, baru dimasak...Heudehhhh.

Suatu ketika,  saya cerita di warung kelontong, eh! ibu-ibu malah bilang.
"Bagus loh, kalo beras ada kutunya, artinya berasnya asli. Untung tuh, En" *heudeuhh dalam hati eikeh. Masih juga bilang 'Untung'.  Emang ada manfaatnya, kutu beras?

Apa sih Kutu beras itu?

Kumbang beras (atau lebih dikenal awam sebagai kutu beras) adalah nama umum bagi sekelompok serangga kecil anggota marga Tenebrio dan Tribolium(ordo Coleoptera) yang dikenal gemar menghuni biji-bijian/serealia yang disimpan. 

Kumbang beras adalah hama gudang yang sangat merugikan dan sulit dikendalikan bila telah menyerang dan tidak hanya menyerang gabah/beras tetapi juga bulir jagung, berbagai jenis gandumjewawutsorgum, serta biji kacang-kacanganLarvanya bersarang di dalam bulir/biji, sedangkan imagonya memakan tepung yang ada. 

Setelah saya cari, manfaat kutu beras, tidak ada. Hanya sebagai hama gudang yang merugikan petani, dan membuat beras di wadah penyimpannya menjadi tepung.
Kalau sudah teralu banyak,  cara praktis, beras saya jemur. Kutu beras akan mati terpapar matahari. Kalau masih ada, cara mencuci beras, harus benar benar bersih.

Lalu, apa hubungan kutu beras versus beras palsu.
Yaaaa, ada dong. 
Beberapa bulan ini, beredar berita tentang beras palsu sintetis. Benar tidak berita itu, belum bisa dipastikan  kebenarannya. 
Barulah, setelah ada berita di salah satu stasiun swasta TVOne,  di temukan di Bantar Gebang, Bekasi, beras dioplos dengan beras sintetis.(19/5)
Laporan  beras palsu berasal dari pembeli seorang ibu penjual bubur dan nasi uduk ke Polisi. 
Berarti beras palsu sudah beredar di Jawa Barat. Ini meresahkan warga.
Yang jadi masalah, susahnya membedakan beras palsu dan asli. Kalo beras sudah dimasak,  baru bisa membedakan. Menurut berita TV, sehabis mengkonsumsi beras sintetis tersebut, warga menjadi mual dan pusing. ..Etapi, masa iya, harus makan dulu, baru tau berbedaan.
Manusia makin hari ada aja inovasinya. Beras yang seharusnya membuat kenyang dan sehat, ini malah bikin sakit, sekilo Rp. 9.800,- tidak sebanding biaya ke klinik pengobatan dan efek samping beras tersebut.
Yang menjadi pertanyaan, kenapa beras itu bisa masuk ke Indonesia. Apa tidak badan yang memeriksa beras Impor yang masuk?

Nah, jadi sedikit bersyukur ada kutu beras ya. Dulu, kutu beras nggak ada manfaatnya. sekarang, jadi alat pendekteksi alami, beras asli atau beras palsu...*kesimpulan rada nyeleneh.

Kalau mau beli beras, lihat dengan teliti dan seksama. Logikanya, beras yang penampilannya terlalu bersih dan putih, pasti ada sesuatu di dalam. 
Trus, ada kutu berasnya nggak. Biasanya  kalo dipasar, beras sudah dibersihkan.
Makanya, kembali pada pembeli. Waspadai saat membeli. lebih cermat dan teliti. Bertanyalah jika ada yang mencurigakan pada penjual. 
Akhirnya, kembali pada Pemerintah, bagaiman mengatasi serangan beras palsu yang meresahkan masyarakat.

Indonesia...negeriku. Dimasa kini.
Kadang saya berpikir, makan aja serba takut.
Mau makan tahu, mie, ikan asin, takut di beri formalin.
Mau makan ayam, takut ayam tiren.
Mau makan kerupuk dan gorengan, takut minyaknya di masukin plastik pembungkus.
Lalu, cilakaknya...sekarang, Mau makan nasi, takut beras palsu
Apa sih yang nggak palsu...Muka aja bisa dipermak.
Aihhh...nyawa seseorang, tidak lagi di hargai. Asala mendatangan keuntungan, semua rambu-rambu kesehatan dan keperdulian, di libas. demi uang.

Saya sungguh prihatin, sambil melirik ke tempat beras. 
Oh...Kutu, mungkin lagi memperlihatkan giginya tersenyum lebar.
Karena saya sungguh bersyukur, ada kutu. Artinya, berasku aseliii.

Sumber: www. Antaranews.Com

No comments:

Post a Comment