Dalam diri seseorang tersimpan semangat untuk berkata
"Tunjukkan kamu pasti bisa!" #Berani lebih mandiri.
Walau, jujur...untuk mewujudkan kalimat:"Kamu pasti
bisa", diperlukan waktu dan keberanian.
Ini sepenggal kisah hidup saya. Saya seorang ibu rumah tangga
murni. Di awal pernikahan di tahun 1991 saya masih kuliah dan menikah muda.
Selesai kuliah, saya bekerja menjadi karyawati staf keuangan di PT(Persero)
Inhutani III unit HTI Palangka Raya Kalimantan Tengah. Bergulir era reformasi
1998, memaksa saya untuk menuntukan pilihan, bertahan menjadi staf dan
berkarier, atau mengikuti dinas suami yang pindah ke Jakarta. Pilihan terakhir,
saya memilih berhenti, demi keutuhan kekeluarga.
Saya terus mencoba,
pekerjaan apa yang cocok untuk saya. Akhirnya saya di terima sebagai guru
tenaga honorer di MAN-2 Bogor untuk mengajar mata pelajaran Tata Negara,
sejarah dunia kelas XII dan ekonometrika. Semua saya jalani dengan suka cita.
Disela kesibukan saya, saya suka melukis dan menyulam, apa
saja pekerjaan tangan wanita saya suka sekali. Sejalan dengan waktu, setiap
masuk kelas, pasti siswa berkata, "Bu, kenapa matanya merah?"
Oh, ternyata saya tak bisa menutupi, mata saya yang bengkak
karena menangis, sekalipun saya berusaha memakai kaca mata. Hati yang luka,
membuat saya tertekan.
Suami saya, selalu ingin saya tergantung secara finasial
padanya. Saya harus di rumah dan menjadi istri dan ibu saja. Akhirnya setelah
lima tahun menjadi guru, saya memilih berhenti sesuai permintaan suami...
Semua, sekali lagi saya katanya, demi keutuhan keluarga.
Benar, kata pepatah, "Rumput tetangga lebih hijau dari
halaman sendiri,"
Kecantikan seorang istri dengan baju daster lusuh, akan
tertutup dengan hadirnya wanita lain dalam kehidupan berumah tangga. Lebih muda
dan langsing, mungkin juga lebih cantik. Mulailah badai itu datang.
Ada keraguan di hati saya, untuk melepaskan diri dari
lingkaran kehidupan. Saya tidak bekerja, hampir lebih tujuh tahun saya tidak
bekerja. Bisakah saya menghidupi diri dan anak saya?
Pertanyaan itu, yang selalu membuat langkah saya, susut
kebelakang. Bertahan dan tetap tegar, sekalipun tak sanggup lagi…*Sakitnya tuh
disini.
Itulah yang saya lakoni bertahun lamanya. Cinta memang aneh,
menutupi rasa sakit disakiti, antara benci dan cinta itu setipis sutra. Waktu
terus bergulir sampai lebih dua dasa warsa.
Tiga tahun yang lalu, saya berada pada titik terendah
kehidupan.
Kata "Kamu pasti bisa!" menyeruak menjadi sebuah
keberanian. Apakah hidup harus penuh air mata, saatnya untuk berani mandiri.
Terlalu lama dalam kepasrahan, saatnya untuk memperjuangakn hidup dan
kebahagiaan, walau harus menjadi single parent.
Saya harus bisa!
Saya harus bisa! Saya berkata di depan cermin yang mantulkan wajah sesungguhnya.
Kamu pasti bisa! Yeap, ternyata saya bisa.
Perpisahan membuat saya berpikir keras. Mengumpulkan semua mimpi yang tertunda
untuk diwujudkan, satu per satu. Sebenarnya saya masih bisa mengajar di
sekolah, tapi saya ingin membuat wirausaha, menjadi diri saya sendiri. Saya
mulai aktif menjadi blogger dan mulai menulis cerita. Alhamdulillah, tulisan
saya terbit di salah satu majalah anak. Saya yakin, dibalik semua ujian, Allah
memberikan banyak hikmah bagi yang bersabar. Dan saya pun tidak takut dalam
kehidupan, karena Allah lah yang memberi rezeki.
Dulu, saya pemalu, apalagi untuk berdagang. Sekarang, semua
saya tepis, malu dan gengsi, yang penting halal. Kesuksesan di peroleh dari
proses dan banyak kegagalan. Hingga saya mulai membuat produk tas aplikasi
sulam dan lukis. Walau baru di mulai dengan modal kecil, saya bertekad untuk
terus maju dan berjuang untuk mewujudkan banyak mimpi.
Katakan, "kamu pasti bisa!" Your are not alone, you can do it!
Tulisan ini di ikutsertakan Kompetisi tulisan pendek #Berani Lebih
Fb :Een Endah
Twitter: @eeney09
Banyak Kata : 500 kata
berani lbh mandiri pasti bisa, you are not alone
ReplyDeletegood luck ya buat lombanya
salam knal dari
@guru5seni8
penulis di www.kartunet.or.id dan http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com
Terima kasih dan salam kenal Mak Tyaseta Sardjono. Life must go on.
DeleteSemangat, Mak Een :)
ReplyDeleteSemangat...Ada Allah selalu bersama. Terima kasih Mak Pipit Widya
DeleteMb Een, insyaAllah kesabaran akan berbuah manis. You're not alone mb Een ;)
ReplyDeleteThank you, Alone not lonely...Semangat Mak Ika Puspitasari
DeleteYes, you're not alone Bunda Een. Allah is always with you. Semangaaattt ^_^
ReplyDeleteThank Mak Vhoy Syazwana, Allah is always with Me.
DeleteThe power of kepepet ya mak, ternyata bisa mengeluarkan potensi yang ada dalam diri yang mungkin tak kita sadari
ReplyDeleteBiasanya begitu, kepepet memang amazing ya Mak Rahmi Aziza
DeleteYup..semangat...
ReplyDeleteBegitulah hidup y mak, kadang rodanya di bawah dan kdang di atas dan selamat mak een skrg sh brda di atas lg ya mak..alhamdulillah..pasi akan ada surprise terindah dr Allah utkmu mak..amin..
Sukses yak :)
Terima kasih ya Mak Inda Chakim
DeleteEen, Woman In You. Kita-lah makhluk Allah yang paling tanggung. Believe it or not. Maju terus, En, pantang mundur. Gemakan "Kamu Pasti Bisa" dalam hidupmu. Tapi ingat yang satu ini, ya. Jangan pernah menutup hati-mu, hehe...
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Yati Rachmat...Insya Allah.
DeleteHaay, ada aku disini
ReplyDeleteSiap diajak jalan-jalan, hehehe gagal fokus ya
semangat terus mba En
Yuk, semangat. Makasih sudah menjadi sahabat terbaikku mbak Nefettite
ReplyDeletehahah semangat semangat..
ReplyDeletekibarkan semangat eh bakar semangatnya/...
Semangat @Sutoro
DeleteLife must go on, Bro