Review

Sunday, March 15, 2015

Susahnya Jadi Lelaki | Arak Pengantin Khitan

Sudah menjadi tradisi di Dukupuntang. Setiap anak yang akan di khitanan, biasanya di arak keliling kampung. 

Berbagai cara, ada yang langsung naik kuda beneran   atau naik sisingaan. Sisingaan, anak akan duduk di patung singga yang di panggul empat orang dewasa.

Kebetulan, hari ini melintas di depan rumah. Suara musik live, lagu dangdut  Pokoke joget, mengundang saya untuk berlari ke pinggir jalan. Arak-arakan panjang mengiringi dua bocah menjelang balig. Bocah lugu itu memakai kostum Gatot kaca, atau Arjuna...nggak jelas. Di hias kumis dari pensil alis, aihh! tampak lucu.

Pemakaian, kostum Gatot Kaca supaya menjadi lelaki yang kuat perkasa, setia...Syah sebagai lelaki Indonesia.

Coba sekali-kali, pakai kostum lain, seperti Superman atau Batman ya...Sama-sama Hero. Eits, eta mah bukan Indonesia.


Iring-iringan pawai penganten Khitan, puanjang sekali. Yang cape sebenarnya Emak si bocah mengiring, yang terpaksa ikut jalan jalan keliling kampung...Demi anak, hayuk ajalah, Emak ikut jogetan.
Diantara suara musik yang mengelegar, yaaa! speakernya kurang ajar, Nyaring! plus suara lagu dangdut nan aduhai, membuat sontak ingin berjoget.

Ada yang menarik yang saya lihat, wajah kedua bocah tampak sendu.

Mungkin, anak itu membatin ,"Nanti sore, aku akan merasakan sakit luar biasa. Susahnya jadi lelaki."
Khitan, memang sakit, tapi wajib dilakukan untuk memasuki akil balig, umumnya di khitan usia anak 5 tahun. Cukup sekali seumur hidup.

Menjadi lelaki sejati memang susah. Tapi, tenang ya, Nak, sakitnya cuman sebentar.

Apalagi, nanti dapat angpao dari sodara.

Semoga menjadi anak yang sholeh, berguna bagi diri sendiri, orang tua, masyarakat dan negara..
Aku mrlihat arak pengantin khitan sampai ujung jalan. 

Dipikir, susahnya jadi lelaki.

Aihhhh...untungnya saya, Wanita.

Yang ngarak ikut jogetan

Musik seadanya, yang penting speakernya, nyaring!

2 comments:

  1. Untung di kampung saya ga ada tradisi arak2an ini Mak. Kalo sunat cukup slametan aja hehehe! Ada yg dirayain tp pake campursari-an di rmh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya..lain lubuk lain belalang.
      Tradisi budaya Indonesia memang beragam
      mak Vhoy Syazwana

      Delete