Baru beberapa hari di Bandung. Badan pegel, masuk angin...padahal, kerja cuman makan, tidur, jalan...*umur emang nggak pernah bohong, hahaiii, malu deh eike.
Hanya dengan naik angkot warna unggu, saya sampai di panti Wyata Guna. terletak di jalan Padjajaran. Panti pijat Indra Raba ini, dijamin aman dan dikelola Departemen Sosial. Untuk menuju panti pijat, saya naik ke lantai atas, di sana siap relaksasi.
Tempatnya bersih, untuk areal pijat pria dan wanita di pisahkan.
Kamar untuk wanita lebih sedikit di banding pria...Mungkin, ibu-ibu lebih tahan menahan pegel-pegel seharian bekerja di rumah, di banding Bapak. itu pendapat saya. Wanita emang super women...*terus apa hubungannya, yah.
Seorang perempuan, namanya Santi. Waktu ditanya usia, dia hanya menjawab, "Saya sudah tua, Teh." Padahal wajahnya masih muda. Saya berganti baju dengan kain seperti sarung berwarna hijau muda. Jujur, saya suka lupa. Gimana mulai di pijet itu. Aihh...tengkurap dulu, terlentang, terus kepala. Tangannya lembut, bukan seperti pijat tradisional. Tuna netra terampil ini, memakai titik-titk refleksi. Sambil memijat, saya yang memang suka ngobrol bertanya..*Hahai, hobby ngerempong sana-sini.
Santi mulai bercerita, bahwa dia baru sekitar 3 bulan. Penyandang tuna netra akibat glukoma ini, dulu ia sangat terpukul. Hampir dua tahun di rumah saja. Ada teman sekitar kampungnya di Rancaekek, yang memberitahukan tempat ini. Akhirnya ia memiliki ketrampilan memijat.
Untuk menjadi profesional dan bersertifikat, penyandang tuna netra wajib sekolah yang ditanggung Departemen Sosial (gratis).
Sambil bercerita, saya kagum, Santi bisa tulang menekuk, menekan, metarik kaki, tangan, badan dan leher, dan berbunyi...Kretekkkk. Kalo bukan orang terampil, jelas saya nggak mau, takut. Tak terasa satu setengah jam berlalu.
Untuk satu jam massage, jasanya sangat murah menurut saya, cuman Rp. 37.500,-
Santi mulai bercerita, bahwa dia baru sekitar 3 bulan. Penyandang tuna netra akibat glukoma ini, dulu ia sangat terpukul. Hampir dua tahun di rumah saja. Ada teman sekitar kampungnya di Rancaekek, yang memberitahukan tempat ini. Akhirnya ia memiliki ketrampilan memijat.
Untuk menjadi profesional dan bersertifikat, penyandang tuna netra wajib sekolah yang ditanggung Departemen Sosial (gratis).
Masa sekolah, ada yang 3 tahun, 2 tahun, atau 3 bulan. Belajar huruf braille, baca tulis, Al Quran, ketrampilan kesenian, musik khusus. tehnik memijat, teori kesehatan serta belajar menerima keadaan sebagai penyandang cacat. Komplek Wyata guna sangat luas, terdiri dari asrama, SLB dab Panti pijat.
Sambil bercerita, saya kagum, Santi bisa tulang menekuk, menekan, metarik kaki, tangan, badan dan leher, dan berbunyi...Kretekkkk. Kalo bukan orang terampil, jelas saya nggak mau, takut. Tak terasa satu setengah jam berlalu.
Untuk satu jam massage, jasanya sangat murah menurut saya, cuman Rp. 37.500,-
Santi di bayar dari berapa kali, ia memberi jasa massage. Untuk minyak pijat yang harum, Santi membeli sendiri di toko khusus pijat.
Saya salute dengan memperdayakan penyandang tuna netra, untuk bisa memiliki ketrampilan dan mandiri. Semoga akan ada Santi-Santi yang lain yang bisa memperoleh ketrampilan massage.
Akhirnya, badan saya menjadi sehat dan segar.
Akhirnya, badan saya menjadi sehat dan segar.
Wah tau gitu pas aku ke bandung kesitu, Mak. Kayaknya enak :3
ReplyDeleteEnak dan murah
Deletewaah, bisa tidur puless dunk keenakan pijat hehe
ReplyDeleteNda mbak@Nefertite...malah keasikkan ngobrol. Saya kagum, jadi mau tau..apa saja.
DeleteNda mbak@Nefertite...malah keasikkan ngobrol. Saya kagum, jadi mau tau..apa saja.
DeleteBu mau tanya.. jam buka nya jam berapa sampai jam berapa ya. krn sy coba telpon nggak pernah ada yang angkat.. terima kasih Bu
ReplyDeleteSaya pengen bgt sekolah pijat..gimana cara nya nya supaya bisa masuk sekolah pijat apa mesti sekolah tinggi dulu saya cmn lulusan smp yg bekerja sebagai perawat lansia sy uda tekuni jadi sustr lansia slama 5 th lebih...tp berkeinginan mnjadi tukang pijat..
ReplyDelete