Review

Monday, February 23, 2015

Belajar Mendengarkan Bahasa Anak (1)

         

         Duduk manis,walau terlambat di ruang KALcare lantai 3 Lotte  Shopping Avenue. Tempat yang rapi, minimalis serta menyatu dengan audien, serta suara anak yang menjerit dan bermain. Saya sungguh berbahagia, mendapat kesempatan bersama teman blogger, mengikuti talk show, hari Sabtu, 21 Februari 2015. Acara ini di sponsori oleh Kalcare, Woman Radio, 94,7 UFM, Wajah Bunda, Tabloid Nakita, Junior's Plcae.
         Dalam suasana yang santai, pembicara, Kirdi Putra, seorang hypnotherapis, bapak tiga anak, memulai bercerita. Di latar belakangi, rasa ketakutan beliau.
Bisakah manusia menjamin hidup di hari esok? Bagaimana,  suatu saat nanti anak akan tumbuh di luar jalur kebiasaan.
Pertanyaan itu, akhirnya memberikan solusi, bahwa setiap orang tua (Parents),  jika mau duduk bersama dan saling berbagi, berkumpul membentuk moment untuk berbagi ilmu dan pengalaman.  Maka bersama akan menemukan jawabanya. Seperti saat ini, parenting sharing project.

Mendengarkan dan bicara dalam bahasa anak

Terus terang, sebagai orang tua, mendidik anak itu, gampang-gampang susah.
Kadang berpikir sendiri dan bertanya pada diri sendiri.
"Kenapa mereka susah sekali untuk mendengarkan kata saya?"
"Apa susahnya, sih! buat mereka untuk mau cerita apa yang mereka alami?"
Kenyataan, anak lebih banyak dia, malah cerita ke teman.

"Bagaimana saya bisa membantu mereka, kalau mereka selalu diam?"
"Solusi apa yang harus saya lakukan untuk mereka, agar mau mendengarkan dan mengikuti kata saya?"

Akhir saya tau letak kesalahan saya saat ini.
Dimulai, Pertanyaan sederhana di layang Pak Kirdi Putra,
"Bisakah membedakan, mendengar dan mendengarkan?"
[cuman beda, imbuhan-kan...tapi ternyata, disinilah letak kesalahan orang tua]

"Ica...kenapa datang terlambat?," Mama berbicara hanya sepintas dengan nada keras.
Itu, contoh dari mendengar. Mendengar hanya dilakukan secara fisik, anak hanya mendengari kalimat masuk telinga kiri ke keluar telinga kanan. Hal yang sia-sia.

"Ica...Duduk sini,Nak,"Mama menyuruh anaknya duduk, lalu berkata,"Kenapa datang terlambat?" Mama bertanya lembut, sambil menatap matanya dan mengelus bahunya.
Contoh kalimat diatas adalah Mendengarkan. Mendengarkan adalah  proses secara fisik, psikologis, menyimak dengan pancaindara, melibatkan perasaan dan hati.

Mendengarkan lebih baik daripada mendengar. Hal yang penting di pikirkan, kalau ingin anak mendengarkan kita, maka terlebih dahulu kita yang mendengarkan mereka. Membuka alam bawah sadar mereka.

BELAJAR MENDENGARKAN 

Belajar mendengar, membangun komunikasi anatar orangtua dengan anak di lakukan secara berlahan.

Lakukan secara bertahap seperti gambar di bawah ini.

Tahapan belajar mendengarkan

Mendengarkan dan berbicara dengan anak, sebaiknya dilakukan dengan duduk bersama.
  • Tahap 1. Letak bangku  berseberangan. Ini tidak baik dilakukan, karena komunikasi hanya sepihak, anak merasa di hakimi. Namun ini lebih baik dari pada bicara sambil berdiri.
  • Tahap 2. Setelah tahap pertama , anak mulai biasa berbicara dan mendengarkan dengan duduk, bangku bisa bergeser, artinya komunikasi sudah mulai di bangun.
  • Tahap 3. Berikan bangku di samping orangtua/berdampingan. Orang tua dan anak akan duduk bersama, merasa nyaman, tidak ada perbedaan, dan anak akan mulai berbicara dan mendengarkan dengan santai.
Dalam komunikasi, biasakan dengan tiga kalimat : Tolong, maaf dan terima kasih.
Biasakan, berkata saling maaf. Dengan mengulang kata maaf, tidak cukup sekali saja.
"Maaf kan, Mama. Maaf, maaf, ya."
Perulangan kata 'maaf'  di maksud agar masuk ke alam bawah sadar mereka. Jadi, bukan anak saja, yang di haruskan berkata maaf. Lihat dulu diri kita, pernahkah meminta maaf? belajar untuk membuka diri.

Berkomunikasi dengan anak, tidak harus kaku, sudah tidak jamannya.
"Ini semua untuk, Kita."
Otomatis anak akan berkata, "Kita! whats?"
Ubahlah kata ganti 'kita' dengan kalimat lebih akrab," Ini semua untuk, Mama dan Ica."
Komunikasi dengan anak itu, gampang-gampang susah, apalagi di sertai emosi...*tutup muka, benerkan?
Membiasakan menunjukkan perasaan sayang dan kangen juga harus di mulai dari sekarang...*Enggak pake sungkan apalagi malu.
"Mama kangen," walau hanya sebuah pesan, tapi efeknya terhadap anak, luar biasa.
Orang tua itu juga manusia, selama ini selalu harus memperlihatkan ketegaran, ternyata itu salah.

Sebuah pertanyaan dari seorang ibu yang anaknya sudah dewasa seperti saya.
"Adakah kata terlambat untuk semua?'
Tak ada kata terlambat, selama nafas di kandung badan.
Jawaban Kirdi Putra itu, membuat saya melambung tinggi. Masih ada kesempatan.

Membangun komunikasi orang tua dan anak, itu memang harus ada ilmunya.
Karena keberhasilan di capai karena belajar dari banyak kegagalan.

Catatan Talk Show, akan di tulis pada postingan selanjutnya Belajar Mendengarkan Bahasa Anak (2). Terima kasih.
Blogger with Kirdi Putra

2 comments:

  1. huaah.. kelewatan acara bermutu banget! huhu.. thanks maak sharingnyaa :)

    ReplyDelete
  2. Sangat bermutu, nanti ada lagi tanggal 28 Maret, ditempat yang sama.

    ReplyDelete