Review

Tuesday, July 1, 2014

Pilih Capres No 1 atau No 2

Di daerah pemukiman saya tinggal, di tengah taman, dibangunlah posko relawan salah satu tim sukses Cawapres, dengan di latar belakangi sebagai warga rimbawan. hmmm, tanpa harus tanya, setuju atau tidak kepada warga, dibangunlah posko itu.

Posko Tim Sukses.
Sehabis belanja sayur,  saya berhenti sambil membaca tabloid lawan tanding obor rakyat, yang tergeletak di posko itu. Wajarlah sebagai rakyat saya hendak tau isinya apa?

"Wah! salam dua jari juga, ya," celetuk seorang ibu pendukung fanatik Cawapres tersebut.
Dengan enteng saya menjawab, "satu jari."

Si Ibu melengos pergi tanpa sepatah katapun pada saya. Wow! galak  bener nih, memang sodara atau kenal sama cawapres? sampe segitunya. Lain dukungan bukan harus berbuat demikian. Setiap orang punya hak untuk menentukan pilihan, sesuai hati nurani. Ke dua capres itu, Bapak Probowo yang terhormat dan Bapak Jokowi yang dimulyakan Allah, saya anggap putra terbaik bangsa Indonesia. Punya kelebihan dan kekurangan, tentu saya harus tetap harus memilih di antara nomor satu atau nomor dua. Masih untung kan,  lhaa kalo saya memilih semuanya, apa ndak rugi negara? atau saya memilih yang ketiga sajalah. Ya kamu, kekasihku.

Ibu-ibu sekarang sudah pandai bersuara tentang politik, bahkan ada yang sangat keras memperjuangan pilihannya, yang lain hanya diam saja, daripada ribut bak debat kusir. Semua  berubah jadi komentator handal. Coba lihat! komentator sepak bola, seperti paling hebat saja kalo komentar, suruh saja bermain di lapangan, mungkin sudah pingsan 15 menit pertama permainan. Mencari keburukan seseorang itu sangat gampang di banding kebaikkan. Seperti pagi yang tidak cerah, sudah di acuhin tetangga karena lain kubu.

Kalo mau jujur, jari bilang dua, hati coblos satu, atau sebaliknnya, bilang no satu, di hati nomor dua...semua kembali pada pilihan masing-masing.
Situasi politik saat ini adalah pembelajaran demokrasi kepada rakyat, yaa...santai sajalah. Inikan pesta lima tahun sekali, pada akhirnya siapapun Presidennya, tetap saja harus dihormati. Presiden sebagai Kepala Negara, Kepala Pemerintahan dan PanglimaTertinggi. 
Tetap akan saya dukung anda, Pak. Siapapun anda. 

Curahan hati, ibu rumah tangga yang berharap semua cepat berlalu.
Kalau dipikir, enggak ngaruh sih, dapur tetap saja harus mengepul, 
Apa iya, bapak kasih uang kesaya, enggak, kannn.

Jelang pemilu 9 Juli 2014. Semoga lancar dan aman

Demi satu Indonesia. Merdeka!
Siapakah Presiden Indonesia selanjutnya?


Akhir Juni, Puasa hari ke dua, 30 Juni 2014.


***


No comments:

Post a Comment